Begitu banyak hal berbeda kita rasakan pada
bulan Ramadan tahun ini. Yang paling terasa tentunya adalah bahwa kita harus
melakukan sebagian besar, bahkan bisa jadi seluruh aktivitas kita di rumah
saja. Selain itu, terdapat beberapa kegiatan ekstra harus kita lakukan seperti menjadi
guru privat anak-anak kita.
Mulanya mungkin kita merasa canggung, karena biasanya
kita tidak terlalu intens dalam mengajar anak, tetapi kini kita harus memegang
peran sebagai pendamping utamanya, tentunya dengan panduan dari guru-gurunya di
sekolah.
Di satu sisi, kita bisa kewalahan karena harus melakukan aktivitas lainnya
juga seperti mengurus rumah, memasak dan sebagainya. Bagi bunda yang bekerja, masih
harus tetap bekerja dari rumah. Dan yang tak kalah pusing, jika
kita seorang pelaku usaha skala kecil yang terdampak besar dari kehadiran virus
corona ini, sehingga pendapatan pun menurun.
Selain harus putar otak agar dapur tetap ngebul,
aktivitas di rumah seakan menjadi pekerjaan yang tak ada habisnya. Disinilah
kita harus kreatif untuk terus bertahan meski sesulit apapun kondisi yang kita
hadapi. Bersyukur, di tengah segala dilema tersebut, bulan Ramadan yang suci
dan mulia datang dengan semua kebarakahannya. Doa yang kita panjatkan pun akan
bernilai pahala berkali lipat, dan kita sangat berharap kondisi ini segera
berakhir dan kehidupan bisa kembali normal.
Tetapi, tidak semua kondisi selalu memiliki satu sisi
saja. Kehadiran virus yang ‘memaksa’ kita untuk berdiam diri di rumah, membuat
kita bisa semakin dekat dengan anak-anak kita. Kelekatan yang selama
ini berkurang karena kesibukan masing-masing, bisa kembali terjalin.
Kita pun bisa mengetahui dimana kekuatan dan kelemahan anak kita dalam belajar,
sehingga bisa merancang program-program yang sesuai dengan keunggulan anak-anak
kita.
Agar kita tetap
bisa memanfaatkan quality time
yang asyik bersama anak-anak dan pekerjaan bisa diselesaikan dengan baik,
berikut beberapa tipsnya :
1.
Atur
waktu
Langkah pertama dari semua ini
tentunya dengan pengaturan waktu yang tepat. Kita bisa menyusun to do list mulai
dari waktu bangun sahur, pagi hari, siang, sore, berbuka hingga shalat tarawih.
Buatlah dengan mengacu kepada kondisi kita misalnya kita tetap harus bekerja,
mendampingi anak-anak belajar, mengurus rumah, masak dan hal-hal lainnya. To do list ini juga bisa disertakan
dengan perkiraan waktu untuk mengerjakannya.
Contoh :
03.00-05.30 : Sahur – Subuh berjamaah+tilawah
05.30-07.00 : membereskan rumah+mencuci pakaian
07.00-08.00 : mandi +shalat Dhuha
08.00-12.00 : melakukan pekerjaan produktif (pekerjaan kantor/aktivitas
menghasilkan uang)
12.00-13.00 : sholat Zuhur+istirahat siang
13.00-15.30 : mendampingi anak belajar
15.30-16.00 : shalat Ashar
16.00-18.00 : mempersiapkan buka puasa, masak, mandi dan menunggu waktu
berbuka sembari bercanda
dengan anak-anak
18.00-19.00 : buka puasa-shalat Magrib
19.00-19.30 : Tilawah dan murajaah hapalan anak
19.30-20.30 : sholat Isya+Tarawih
20.30-21.30 : aktivitas bebas
21.30 :
membaca cerita untuk anak+tidur
2.
Buat
kesepakatan
Jika kita sudah membuat daftar
pekerjaan sehari-hari kita, maka kita bisa meminta mereka untuk menaati jadwal
yang telah dibuat. Tinggal bagaimana kita mengatur waktu untuk mereka sesuai
usia dan tingkat pendidikannya. Termasuk pula pelajaran apa yang akan
dipelajari dan pada hari apa.
3.
Jadikan
hal-hal yang dilakukan hanya di bulan Ramadan membuat kita tambah dekat
Ada banyak kegiatan di bulan Ramadan
yang bisa dilakukan secara bersama-sama, diantaranya sholat Tarawih berjamaah
dan mempersiapkan buka dan sahur bersama-sama.
Hal ini juga akan memberikan
pengalaman berharga bagi anak-anak kita dan membuat mereka paham tentang
hal-hal baik yang bisa dilakukan bersama keluarga di bulan yang penuh kebaikan
ini. Selain itu, kita juga bisa memberikan tanggung jawab sesuai usianya agar
tumbuh kesadaran bahwa mereka adalah bagian dari keluarga yang ikut terlibat
dalam penyelenggaraan kegiatan sehari-hari.
Misalnya saja bagi anak yang masih
berusia 6 tahun, kita bisa memintanya untuk menata meja, anak berusia 10 tahun
membantu mempersiapkan bahan makanan untuk dimasak dan anak berusia 11 tahun ke
atas untuk mulai memasak makanan yang sederhana untuk keluarga.
Kita juga bisa mengajak anak untuk
berbagi melalui banyak kegiatan yang tentunya bisa dilakukan di rumah saja.
Misalnya membuat takjil untuk 30 orang yang kemudian dititipkan ke penyalur
yang siap membantu kita dalam menyalurkan bantuan. Atau mengajak anak melakukan
donasi online yang kini banyak tersedia di berbagai laman dan aplikasi di ponsel
kita.
4.
Libatkan
anak dalam pekerjaan kita
Melibatkan anak dalam pekerjaan kita
dilakukan dengan memperlihatkan bahwa beginilah cara kita berjuang memenuhi
kebutuhan mereka. Diharapkan anak-anak akan memiliki empati dengan apa yang
dilakukan orang tuanya. Jelaskan pula
bagaimana kita bekerja sambil menekankan pentingnya mencari rejeki dengan cara
yang diridhai oleh Allah.
Bagi kita yang bekerja sebagai
wiraswasta, libatkan mereka untuk membantu melakukan pekerjaan kita sesuai
tahapan usia mereka. Misalnya jika kita bergerak di usaha pembuatan kue kering,
maka untuk anak-anak yang berusia 7 tahun bisa diminta untuk mengoles kue
dengan kuning telur, anak berusia 11 tahun menyusun kue yang telah matang dan
anak yang berusia 13 tahun ke atas, membantu pemasaran dengan memanfaatkan smartphone milik kita.
5.
Ajak
mereka menciptakan kegiatan kreatif mereka sendiri
Ada kalanya anak-anak merasa bosan
dan tidak tahu harus melakukan apa atau tidak terlalu tertarik dengan pekerjaan
orang tuanya. Di saat seperti ini, seringkali mereka memanfaatkan waktunya
dengan bermain dengan gawai miliknya. Dalam waktu singkat, hal ini bisa
bermanfaat dengan catatan mereka mengakses hal yang bermanfaat dan sesuai
usianya. Tetapi jika ini dilakukan secara terus-menerus maka bisa menumpulkan
kreativitas untuk melakukan hal-hal lainnya.
Oleh karenanya, ajak anak untuk memanfaatkan waktu
mereka dengan kreatif termasuk memberi tantangan kepada mereka untuk bisa
memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.
Sementara
di waktu-waktu kita bersama mereka misalnya menjelang tidur atau menunggu waktu
berbuka puasa, bisa kita manfaatkan untuk bercerita dan menjalin kedekatan
dengan anak-anak.
Situasi
dan kondisi saat ini memang tidak mudah bagi kita semua. Ada begitu banyak hal
yang harus kita pikirkan dalam satu waktu. Belum lagi bagi yang mudah
terpengaruh dengan berita-berita hoax yang bisa menyebabkan kepanikan.
Alih-alih mampu menciptakan situasi yang membuat anak menjadi tenang, malahan
sebaliknya, justru orang tuanya yang mengalami kepanikan duluan.
Oleh
karenanya, tetaplah berpikir positif, ajak anak untuk melakukannya juga,
teruslah berdoa dan manfaatkan waktu bersama anak sebaik mungkin karena masa
ini tak akan kembali dan jadikan kisah kita hari ini bersama anak-anak menjadi
kisah indah yang akan diceritakan kembali oleh mereka kepada anak-anak mereka
kelak dengan penuh kebahagiaan.
Sumber
gambar :
suarabaru.id
freepik.com
No comments