Ramadhan di masa kecil, adalah salah satu momen tak terlupakan
dalam hidup saya. Dulu, semasa SD, saya mengikuti pelajaran di madrasah yang
bersisian masjid sepulang sekolah. Dan teman-teman madrasah, umumnya tinggal
dekat masjid. Otomatis, saat bulan Ramadhan tiba, mereka jugalah yang
meramaikan masjid.
Saya ingat, saking ramainya anak-anak yang ikut sholat
tarawih ketika itu, khusus untuk anak-anak, sholatnya di lantai dua masjid. Dan
saat memasuki pertengahan Ramadhan, ketika jumlah jamaah dewasa mulai surut,
barulah anak-anak turun untuk sholat di lantai satu.
Karena jamaah anak-anak sebagian besar adalah teman-teman
sendiri, hal itulah yang memotivasi saya untuk rajin ke masjid saat bulan
Ramadhan dan juga pada hari-hari biasa. Khusus pada bulan ramadhan, anak-anak rutin
mencatat ceramah dari da’i atau muballigh yang memberi tausyiah setiap malam,
dari sesudah isya sampai menjelang tarawih.
Saya juga tidak tahu pasti apakah
mereka mencatat karena tugas dari sekolah atau tidak, yang jelas, ketika itu
saya ikut-ikutan mencatat meski tidak ada kewajiban dari sekolah. Lalu seusai
sholat, kami akan ramai-ramai meminta penceramah untuk menandatangani catatan
kami dan diberi stempel masjid. Ketika itu, penceramahnya udah kaya’ artis,
setiap usai sholat pasti akan dikerubungi untuk diminta tanda tangan.
Dan masjid juga rutin memberikan hadiah kepada anak-anak
yang paling rajin mencatat ceramah dan catatannya paling rapi. Seingat saya,
saya pernah satu kali mendapat hadiah itu. meskipun hadiahnya hanya buku tulis,
senangnya bukan main.
Aktivitas mencatat ceramah ini adalah sesuatu yang saya
suka. Saya jadi selalu kepingin punya catatan yang rapi dan lengkap. Sedikit banyak,
sepertinya ini jugalah salah satu cikal bakal saya jadi senang menulis.
Sesekali saya juga ikut tadarus. Hal yang menyenangkan saat
tadarus, adalah makanan dan minuman yang tersedia setelahnya. Sirup, kue-kue, dan
kolak.
Oh ya, ketika mulai memasuki usia pra remaja, saya dan
teman-teman jamaah cewek punya hobi baru, apalagi kalo bukan ngeliatin cowok
cakep usai sholat, hahaha. Biasanya sih yang kami perhatiin itu cowok-cowok
yang cuma muncul di masjid pada bulan ramadhan doang. Karena kalo cowok-cowok
dari teman-teman madrasah mah, udah kenal dan terbiasa lihat. Yang cakep pun
jadi terlihat biasa aja.
Sampai sekarang, kenangan masa kecil tentang aktivitas ramadhan
di masjid ini tak pernah sirna dari memori saya. Andai saya diijinkan naik ke
mesin waktu, maka, salah satu masa dan tempat yang akan saya singgahi, adalah
masa Ramadhan di usia anak-anak, dan tempatnya, adalah masjid yang bersisian
madarasah, tempat saya dan teman-teman sholat berjamaah setiap hari. Namun,
karena keinginan ini mustahil adanya, cukuplah saya menyimpannya dalam rekaman memori
dan memutar ulang kapan pun saya menginginkannya.
No comments