Aku bangun dengan cinta
Kau rawat dengan doa
Demikianlah kita
Berumah di tangga,
menuju syurga
Tak pernah habis kata untuk
mengurai kisah rumah tangga. Kisah yang menggulirkan pengalaman hidup dan
pelajaran-pelajaran berharga yang mendewasakan sepasang anak manusia untuk
menuju bahagianya. Tak sedikit yang gagal dalam perjalanan itu, namun tentu
saja lebih banyak yang berhasil melewati berbagai lika-liku hingga usia
keduanya menapak senja.
Dalam buku setebal 286 hal
ini, Fahd Pahdepie akan berbagi kisah-kisah yang ia lalui di dalam rumah tangga
bersama istri tercintanya, Rizqa. Dalam hal ini, kita akan melihat
penuturan kisah-kisah ini dalam perspektif Fahd sebagai seorang pria, suami dan
juga seorang ayah. Dan ini sesuatu yang menarik. Karena buku tentang rumah tangga yang
ditulis oleh pria, selama ini umumnya adalah dalam bentuk non fiksi pengembangan dan
panduan berumah tangga. Jarang sekali kita jumpai kaum pria yang bertutur
dengan jujur akan sesuatu yang memang menjadi bagian dari hidupnya sendiri
termasuk ketidaksempurnaan dalam menjalaninya seperti yang tertuang di dalam
buku ini.
Tak hanya melulu berisi kisah
tentang rumah tangga, Fahd juga menggunakan beberapa bagian buku ini untuk
mengungkapkan rasa cintanya kepada kedua orang tua dan kedua buah hatinya. Dan
beberapa bagian tentang ini, sedikit banyak mengingatkan saya pada novel Sabtu
Bersama Bapak (Aditya Mulya, Gagas Media). Cara bertutur yang meski mengambil
bentuk berbeda, tetapi mampu membangkitkan efek yang sama. Keharuan yang
tiba-tiba saja melesak. Mengingatkan kita akan betapa besar kasih sayang orang
tua dan betapa kecil yang baru bisa kita lakukan untuk mereka.
Fahd juga menuturkan opininya
tentang berbagai fenomena yang dekat dengan keseharian kita. Di antaranya
tentang pandangannya terhadap "mom war", atau kompetisi antara ibu
bekerja dan ibu yang tidak bekerja. Ah, ternyata ada juga segelintir kaum pria
yang peduli dengan fenomena ini dan tertarik untuk mengomentarinya. Sesuatu
yang saya pikir hanya menjadi domain kaum wanita saat menyelipkannya dalam
obrolan harian lalu melupakannya saat telah tergantikan topik lain yang lebih
seru dan up-to-date.
Tentang hal ini, Fahd
untungnya punya perspektif cukup proporsional. Baginya, kedua opini dari kedua
belah pihak sama tak menariknya saat tak berhasil mengedepankan sesuatu yang
jauh lebih penting : empati. Bukankah tidak ada yang benar-benar tahu kondisi
sesungguhnya yang dihadapi kedua belah pihak? Jadi, Fahd menyimpulkan, bahwa
tidak ada yang lebih baik dan salah satu pihak juga tidak boleh menyatakan diri
sebagai yang lebih baik.
Seperti dikemukakan Fahd dalam
lembar kata pengantarnya, bahwa pembaca saat ini mungkin lebih membutuhkan
kisah-kisah rumah tangga yang dekat dengan apa yang mereka alami, sehingga
mereka bisa bercermin dari kisah-kisah itu. Untuk itulah, buku ini ada. Buku ini mungkin tidak mengandung kisah cinta yang terlalu hebat, "wah" lagi dramatis, melainkan kisah-kisah yang boleh jadi, beberapa
darinya adalah kisah milik sejuta umat di berbagai belahan bumi ini.
Namun, saya percaya sesuatu
yang dekat akan terasa lebih hangat dan bersahabat, ditambah lagi dengan gaya
penuturan Fahd yang puitis dan melankolis, kita tidak hanya akan dibuat
terhanyut dan terharu biru, tetapi juga akan menemani kita untuk sampai ke satu
titik di mana kita akan menyadari bahwa di dunia ini, kita bukanlah siapa-siapa
tanpa cinta dan kasih sayang orang-orang di sekitar kita, dan betapa rumah
tangga adalah sebuah "sekolah" yang luar biasa berharga untuk
membangun kedewasaan dan mempererat kasih sayang kita bersama keluarga serta
jalan tol untuk meraih cintaNya. Sekolah yang terlalu berharga untuk diabaikan
hanya karena alasan mengejar materi yang konon adalah demi kebahagiaan
keluarga. Kalau bukan kita sendiri yang berusaha menjaga keutuhan dan
kebahagiaan dalam rumah tangga, akankah kebahagiaan itu terbangun dengan
sendirinya?
Judul : Rumah Tangga
Penulis : Fahd Pahdepie
Penerbit : Panda Media
Tahun : 2015
Tebal : 286 hal
Jenis : Kumpulan Cerita
Weh.. masa POnya udah tutup ya mbak
ReplyDeletebagus tuk ingetin
ReplyDeletebuat pandangan yang udah kendor rumahtangganya
ReplyDeleteKeren nih novel udah baca tapi blom tamat hehe
ReplyDelete