“Kita masih punya waktu
satu bulan, An. Kamu sebenarnya serius nggak sih, dengan rencana pernikahan
kita?” Aku menatap Andra lekat campur gemas. Bagaimana tidak? Satu bulan lagi kami akan menikah, namun
sikap Andra seolah-olah pernikahan kami baru akan berlangsung satu tahun lagi.
“Tentu saja serius
dong, Ka. Kalau nggak serius, aku nggak bakalan nemenin kamu nyari souvenir
sekarang.” Andra menjawab dengan mata yang tetap saja tertuju pada layar
ponselnya.
“Kalau memang kamu
serius, tolong singkirkan ponselmu dulu dong! Bantu aku milih souvenir yang
bagus dan terjangkau sama budget kita.”
Andra menggaruk
kepalanya. Untuk pertama kalinya sejak langkah kami tiba di Fancy Gift Shop
ini, dia sejenak menurunkan ponselnya dan menatapku sungguh-sungguh. “Kamu
pilih saja souvenir mana yang kamu suka. Apapun pilihanmu, aku pasti setuju.”
Aku tercengang. “Dra,
kok kamu ngomong gitu sih? Aku tuh pingin kamu juga kasih masukan. Ini kok sejak awal semuanya hanya berdasarkan selera dan keinginanku? Aku tanya kamu
mau pesta tema apa, kamu bilang terserah. Aku tanya undangan kita mau warna
apa, kamu juga bilang pake warna favoritku saja. Ini pesta pernikahan, Ndra!
Bukan pesta ulang tahun!”
Andra menoleh kiri
kanan. Tampak khawatir atas nada suaraku yang meninggi. Namun ekspresinya tetap
terlihat tenang saat membalas ucapanku. “Selama pilihanmu bukan yang aneh-aneh dan nggak
cocok untuk kantong kita, nggak akan menjadi masalah buatku, Ka.” Seakan ingin
menegaskan kalimatnya, Andra berkata sambil mencondongkan tubuhnya kepadaku.
“Pesta pernikahan itu
hanya pintu gerbangnya saja, Azka. Apa yang lebih penting adalah jalan yang
bakal kita tempuh setelah gerbang itu kita lewati. Bukankah kamu juga pernah
bilang, bahwa komitmen kita dalam pernikahan, itulah yang lebih penting?”
Aku terdiam. Tatapan
Andra seakan menghipnotisku untuk tak lagi berdebat. Tetapi, bukan tatapan itu
yang sesungguhnya membuatku bergeming. Melainkan pertanyaan yang baru saja
terluncur dari bibir tipis Andra. Pertanyaan yang kini bergema ulang dalam
benakku : Bukankah kamu juga pernah
bilang, bahwa komitmen kita dalam pernikahan, itulah yang lebih penting?
Simak kelanjutan
ceritanya di hannabelleisawriter.blogspot.com oleh Nurul Khasanah (Hanna) @hannaaabelle
Sumber gambar : google
ceritanya keren
ReplyDeletewah seru yaaa lombanya go go tim komitmen....
ReplyDelete