Sinopsis :
Karena mawar itu
berduri, maka ia mampu menjaga keindahan kuntum-kuntumnya. Tetapi,
Mawar, gadis tomboy sekaligus jago karate yang senang mendaki gunung
ini, tak hanya dituntut menjaga dirinya sendiri. Ia harus mengembalikan
kehormatan keluarganya yang tercabik-cabik.
Ketika Cempaka, Sang Kakak nan cantik dan menjadi idola semua pria bermaksud menggugurkan bayi dari hasil hubungan di luar nikahnya, Mawar menentang keras. Ketika si bayi akhirnya lahir dan Cempaka mencampakkannya, Mawar pun merawat Yasmin, si bayi itu. Ia rela orang-orang mengira bahwa Yasmin adalah anaknya, padahal ia tak bersuami, sementara Cempaka, melenggang dalam karirnya tanpa ada yang mencurigai asal-usulnya.
Ketika Cempaka, Sang Kakak nan cantik dan menjadi idola semua pria bermaksud menggugurkan bayi dari hasil hubungan di luar nikahnya, Mawar menentang keras. Ketika si bayi akhirnya lahir dan Cempaka mencampakkannya, Mawar pun merawat Yasmin, si bayi itu. Ia rela orang-orang mengira bahwa Yasmin adalah anaknya, padahal ia tak bersuami, sementara Cempaka, melenggang dalam karirnya tanpa ada yang mencurigai asal-usulnya.
Ketika sang ibu
terjebak dalam lilitan hutang, yang membuat rumah mereka disita dan
mereka semua harus pergi dari rumah antik peninggalan almarhum ayah
mereka, Mawar pun memimpin kebangkitan keluarga dengan bersusah-payah
mencari nafkah.
Bahkan, Mawar pula yang berjuang keras membiayai
kuliah Melati, adiknya yang bungsu di Fakultas Kedokteran, sementara
kuliahnya sendiri terlantar, karena sibuk bekerja.
Bagaimana jika semua pengorbanan itu seperti tak mendapatkan balasan?
=====================================================================
Saya percaya, apapun idenya, akan melahirkan karya yang baik jika diolah
oleh tangan yang tepat. Novel ini telah membuktikannya. Tema dan
jalinan cerita yang umum dijumpai dalam drama televisi - empat kakak
beradik perempuan yang yatim dan berbeda karakter serta sering adu mulut, harus pula bergelut dengan
lika-liku hidup terkait kekurangan uang, ibu yang jatuh sakit, salah
satu anggota keluarga hamil diluar nikah, diteror para broker saat
agunan rumah telah jatuh tempo, dst - di tangan mbak Sinta Yudisia mampu
menjelma sebuah cerita yang sangat apik dan menyentuh, juga sarat nilai
inspirasi.
Salah satu kelebihan novel ini ada pada kekuatan karakter tokoh-tokohnya. Mbak Sinta berhasil menokohkan Dahlia, Cempaka, Mawar dan Melati dalam pribadi masing-masing secara spesifik, juga memberi sifat yang proporsional kepada mereka, termasuk kepada sosok sang ibu. Tak ada si hitam dan si putih. Semuanya punya sisi baik dan kurang. Melalui sosok Mawar, tokoh sentral novel ini, banyak pelajaran bisa diambil, diantaranya tentang kesabaran, keteguhan, keikhlasan dan pencarian jati diri.
Salah satu kelebihan novel ini ada pada kekuatan karakter tokoh-tokohnya. Mbak Sinta berhasil menokohkan Dahlia, Cempaka, Mawar dan Melati dalam pribadi masing-masing secara spesifik, juga memberi sifat yang proporsional kepada mereka, termasuk kepada sosok sang ibu. Tak ada si hitam dan si putih. Semuanya punya sisi baik dan kurang. Melalui sosok Mawar, tokoh sentral novel ini, banyak pelajaran bisa diambil, diantaranya tentang kesabaran, keteguhan, keikhlasan dan pencarian jati diri.
Sosok-sosok lainnya pun tak kurang memberi kontribusi. Dahlia yang mencerminkan karakter khas anak sulung yang selalu berusaha menanggung beban keluarga meski terkesan egois. Cempaka, sosok yang mungkin paling antagonis dibanding yang lain - cantik, gaul, tidak peduli keluarga, selalu memandang nasehat orang dari sudut pandang negatif, dan sebagainya - namun dari sosok ini jugalah penulis menitipkan pesan, bahwa rasa bersalah dan kebohongan akan terus mengikuti perjalanan hidup bagaikan bayang-bayang, selama kita tidak memohon pengampunan pada Allah dan belajar untuk jujur. Melalui sosok Melati si bungsu, kita akan belajar tentang metamorfosis seorang gadis yang dianggap ringkih dan lemah oleh keluarga, perlahan merangkak menuju kemandirian juga ke-istiqomah-an.
Selain itu, dialog-dialog segar antara Mawar
dan teman-teman prianya juga tak jarang membangkitkan sisi humor dan
sekaligus perenungan. Lihatlah apa yang dikatakan Rasyid saat Mawar
mempertanyakan kenapa orang baik rejekinya seret sementara orang jahat
rejekinya berlimpah. "Karena rejeki ukurannya bukan hanya duit, Non.
Buktinya, Mama kamu yang baik dan shalihah itu punya anak-anak perempuan
yang baik, cantik, sehat walafiat, nggak cacat. Coba kalau itu
diuangkan, berapa miliar, Mawar?" (hal.59).
Satu quote bagus dari novel ini : "Tuhan ternyata tidak pernah melupakan doa-doa. Bahkan ketika manusia sudah melupakan apa yang pernah dimintanya" [h. 295]
Ditunjang oleh jalinan plot yang rapi, penceritaan yang mengalir, setting Jogja yang kental, inspirasi yang disampaikan tanpa menggurui, juga kelindan kisah yang beberapa kali memancing air mata, membuat novel ini very recommended buat para penyuka novel drama yang bergizi :)
Ditunjang oleh jalinan plot yang rapi, penceritaan yang mengalir, setting Jogja yang kental, inspirasi yang disampaikan tanpa menggurui, juga kelindan kisah yang beberapa kali memancing air mata, membuat novel ini very recommended buat para penyuka novel drama yang bergizi :)
Judul : Rose
Penulis : Sinta Yudisia
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Terbit : 2012
Hal : 320 hal
Satu lagi... kayaknya Mbak Sinta nulis novel ini benar-benar 'dari hati'... mungkinkah ada sebagian kisah ini bersinggungan dengan pengalaman hidupnya? Jadi, meski relatif sederhana, Rose malah menjadi novel mbak Sinta yg paling sy sukai
ReplyDeleteiya, novel ini natural banget emosionalnya, pernah baca catatan mbak sinta ttg novel ini, katanya beliau terinspirasi dari novel 4 little women karya louisa may alcott. jadi pingin lanjut baca novel itu lagi, pernah baca tapi belum kelar :)
ReplyDelete