Belumlah genap 2 hari merasakan kelegaan setelah curhat di blog, malah ada yang menganggap saya kekurangan rasa syukur. Hey, guys, curhat tentang beban nggak selamanya relevan dengan kurang bersyukur. Saya bahkan telah puluhan kali menginterview diri sendiri sebelum menuliskan itu, maukah kamu menukar hidup dengan si A, B, C yang di matamu terlihat lebih baik? Kujawab tidak! Apapun yang kualami, tak ingin kutukar hidupku, keluargaku dan garis tanganku dengan orang lain, meski rumput mereka jauh lebih hijau bahkan berbulir emas.
Bahkan kini kutambah doa dalam sujudku, aku rela Dia menunda keinginan duniawiku, asal jangan cabut nikmat rasa syukur dan keikhlasan dalam hatiku.
Bahkan kini kutambah doa dalam sujudku, aku rela Dia menunda keinginan duniawiku, asal jangan cabut nikmat rasa syukur dan keikhlasan dalam hatiku.
Mungkin, aku memang gagap berekspresi,
atau mungkin, kamulah yang gagap bereaksi
atau mungkin, kamulah yang gagap bereaksi
Apapun itu, tak bisa kututupi kelemahanku yang selalu gagap untuk munafik
Tak bisa kupasang ekspresi manis dan tegar di saat hati berkata tidak
Tak bisa kupasang ekspresi manis dan tegar di saat hati berkata tidak
jadi, lewat postingan ini, tanpa mengurangi rasa terima kasihku untuk komentarmu, jujur kukatakan, nasehatmu justru membuat hatiku bertambah pedih.
Tanjungpinang, 8 Maret 2014
tentang postingan yang telanjur kuhapus
setelah parno dengan socmed, sekarang aku pun parno dengan blogku sendiri T_T*
No comments