Sinopsis :
Sudah jatuh
tertimpa tangga. Itulah yang dialami Rachel saat dipecat dari penerbitan,
tempatnya bekerja sebagai editor, lalu dijauhi pula oleh teman-temannya. Rachel
kemudian melampiaskan kekesalannya dengan memecahkan gelas-gelas di rumahnya
hingga ia kehabisan gelas.
Dalam
kekalutannya, Rachel ditunjuki oleh seorang editor di Shiro Publishing, bekas kantornya
dulu, untuk pergi ke cafe Evergreen. Sebuah cafe es krim milik seorang pemuda
bernama Yuya. Di cafe ini, selain Yuya, terdapat tiga orang karyawannya yang memiliki
karakter unik : Fumio, Gama, dan Kari. Di cafe itu juga terdapat seorang
pengunjung tetap bernama Toichiro. Rachel kemudian bekerja di cafe ini sebagai
pelayan.
Di sinilah
Rachel mendapat banyak pengalaman baru yang mengajarkan padanya akan makna
kasih sayang, kepedulian, dan membangun bahagia dengan cara membahagiakan orang
lain. Tiga elemen yang lenyap dari pribadi Rachel sejak ayahnya pergi
meninggalkannya, ibunya dan adiknya.
Novel ini tidak
hanya berkisah tentang Rachel bersama dilema kehidupannya, tetapi pembaca
juga akan disuguhkan kisah-kisah menyentuh dari tokoh-tokoh lainnya, seperti
Fumio yang tak pernah putus asa merawat adiknya Toshi yang menderita alzheimer
juga mencari ayah mereka. Kari yang berusaha keras membuat cosplay demi Toshi,
dan kepiluan hati Toichiro yang ternyata ada hubungannya dengan sesuatu yang
pernah terjadi antara istrinya dengan Rachel.
Ada banyak
pelajaran terkandung dalam novel setebal 203 halaman ini : kasih sayang,
persahabatan, makna memaafkan dan menepikan egoisme, bagaimana kesalahan masa
lalu memproses seseorang menjadi lebih bijak, keberanian untuk bermimpi serta mewujudkannya.
Semuanya diracik
dengan indah dan menghibur oleh Prisca, lewat deskripsi tempat yang detil
hingga suasana Jepang benar-benar terasa utuh tergambarkan, ornamen-ornamen cantik khas
Prisca terutama pernak-pernik Evergreen bersama menu-menunya yang mengundang
selera, karakter para tokoh yang spesifik, ide dan jalinan cerita yang tak
biasa, juga pesan-pesan moral yang tersampaikan dengan cara yang menyentuh. Di
sini kita juga akan mengetahui salah satu kecenderungan negatif orang Jepang
yaitu nekad bunuh diri saat dilanda depresi.
Jika ada
satu-satunya elemen yang kurang saya sukai dari novel ini, adalah pada pilihan
font-nya. Untung saja ini adalah karya Prisca dan Evergreen tersaji dengan
begitu manis bak es krim. Kalau tidak, mungkin sulit bagi saya untuk menamatkan novel
dengan font kecil dan mirip tulisan tangan yang bikin mata silindris saya
terpaksa bekerja sedikit rodi.
Terakhir, cara
Prisca mengemas pesan kebaikan dan meleburnya dalam karakter, dilema dan
metamorfosis para tokohnya secara harmonis, juga latar Jepang yang cantik, menjadikan novel ini
sebagai karya Prisca terbaik menurut saya, diantara novel-novel Prisca yang
pernah saya baca. you’re well-growth author,
Prisca. :)
Judul : Evergreen
Penulis : Prisca Primasari
Penerbit : Grasindo
Tebal : 203 hal
Genre : Fiksi
Terbit : 2013
ISBN : 9786022510864
No comments