Hal ini nggak hanya menimpa
penulis yang udah menerbitkan beberapa buku saja, bahkan seorang penulis dengan
jam terbang masih minim pun tak luput dari rasa bosan, saat harus menulis pada
genre yang itu-itu saja, tak peduli meski dari naskah yang ia tulis, belum semuanya layak diterbitkan.
Lalu, apa boleh gonta-ganti
genre? Hari ini nulis roman, bulan depan ganti fanfic, bulan depannya lagi
nulis komedi misalnya? Atau untuk yang nulis non fiksi, hari ini nulis motivasi
remaja, besoknya parenting, besoknya lagi tentang finance misalnya? Ya
boleh-boleh aja, karena yang namanya kreativitas itu susah ditahan maunya :D
Memang sih, banyak yang bilang
kalo lebih baik bertahan di genre yang sama, biar punya trade mark, brand name,
dan yang paling penting, gampang ngenalinnya. Jadi kalo suatu saat ada yang
nanya, si A itu penulis apa? Dia itu penulis komedi! Gampang kan jawabnya, kalo
si A itu memang nulisnya genre itu aja?
Tapi, kalo keburu jenuh, pengen
variasi, gimana dong? Ya silahkan aja, nggak ada yang larang kok, sepanjang
kamu paham apa konsekuensi dari tindakan gonta-ganti genre itu. Nah, di sini
saya nggak akan bicara soal konsekuensi, karena nggak semua penulis ngalamin
konsekuensi serupa, tetapi hanya sedikit saran, berdasarkan sepengamatan saya
ketika membaca, langkah-langkah apa yang harus anda perhatikan sebelum
memutuskan untuk nulis dalam genre yang berbeda-beda.
1.
Jika anda masih penulis pemula, belum pernah
menerbitkan buku, saran saya, mending selesaikan dulu naskah yang lagi
ditulis sampai kelar, lalu kirim ke penerbit, dan jangan dulu tergoda nulis
yang lain-lain, karena satu godaan bisa menggiring pada godaan berikutnya,
ujung2nya, malah nggak ada naskah yang jadi lagi.
2.
Jika anda baru punya satu buku yang terbit,
lihat dan amati respon pembaca. Jika responnya cukup baik, ditandai dengan
adanya inbox, twit, or komentar dari pembaca buku anda dalam jumlah lumayan, dan angka
terjual buku juga cukup baik, sebaiknya tahan dulu selera untuk menulis genre
berbeda, karena biasanya pembaca-pembaca anda akan menanti buku anda
selanjutnya dalam genre yang sama, genre yang mereka minati dari buku pertama
anda. Dengan ini secara tak langsung anda sudah membentuk basis pembaca, dan
mudah2an dengan anda menjaga kualitas dan produktivitas menulis pada genre yang
sama, basis ini tak akan lari kemana-mana, malah mereka akan terus menanti dan mengupdate info
terbaru tentang buku anda yang akan terbit selanjutnya.
3.
Jika anda baru punya satu buku yang terbit dan
responnya belum terlalu baik, sederhananya, anda belum jadi ngetop dari buku
perdana itu, nggak ada salahnya untuk mencoba genre berbeda di calon buku
selanjutnya, tetapi perhatikan juga rasa nyaman saat menulis, utamakan rasa ini
tetap eksis hingga lebih mudah ngenalin genre mana yang paling anda sukai untuk
ditulis
4.
Jika udah punya jam terbang tinggi, pilihan
untuk anda lebih fleksibel, mau bertahan di genre yang sama ya silahkan, mau
nyoba2 yang lain juga monggo. Udah ada beberapa tho, penulis yang berbuat
begini? Asma Nadia awalnya nulis kumcer dan novel, lalu jadi PJ antologi,
nerbitin cathar solo, dan sampe sekarang, sepertinya beliau lebih top sebagai
penulis non fiksi. Bung Gola Gong, yang dulunya Balada si Roy-nya pernah
booming, sekarang justru sering kasih pelatihan nulis travelling. Ya, begitu
deh, seiring waktu dan proses, penulis juga mengalami metamorfosis.
Lalu, jadi penulis
yang belum banyak dikenal dengan udah terkenal itu, masing-masing punya sisi
enak dan enggak enaknya kok. Kalo di posisi pertama, kebebasan sepenuhnya jadi milik
anda, mau nulis apa aja, mau ngirim artikel ke media, or ikutan lomba
ngeblog, asal sanggup aja nulisnya, ya sah-sah aja. Untuk penulis yang udah
dikenal, agak sedikit berbeda, karena biasanya selalu ada tuntutan pembaca
untuk nerbitin buku2 selanjutnya dengan genre yang sama dengan yang udah mereka
baca. Untuk penulis yang mulai masuk ke ranah WBO, alias writing by order, nah
di sini malah nggak bisa suka-suka lagi nulisnya, tetapi harus
sesuai pesenan yang mesen, suka nggak suka, bete nggak bete ya tetap harus
ditulis, tapi untungnya ya nggak perlu nyari-nyari penerbit lagi dengan methode
trial and error, try again n again sampe ada yang mau nerbitin.
Cukup dulu ya
tentang yang ini? Next time lanjut lagi :)
Kalo saya gak berniat nulis sih, buat blog juga hasil copas sana-sini.. cuma biasanya ku ubah susunannya biar enak dibaca..
ReplyDeleteSemangat aja deh mbak nulisnya ^^
info yang menariik
ReplyDelete