[LIFESTYLE] Jadi, kemaren itu saya bikin status FB yang bunyinya begini
:
"Saya selalu salut dengan ibu2 yang punya manajemen waktu
yang baik, yang organised, yang scheduled.....coz I'm not 😄
Jadiii....maafkeun untuk janji yang belum terpenuhi, atas
entah berapa kali pertanyaan tentang bagaimana saya memenej waktu yang sedianya
mau saya bagikan di blog.
Nyatanya saya juga bingung mau nulis apa 😄 karena saya memang tidak pernah memenej waktu dengan baik. Jadi....pas weekend misalnya, pada jam yang sama aktivitas saya bisa beda2 setiap minggunya. Kadang jogging, kadang muter mesin cuci, tapi lebih sering masih leyeh2 di kamar 😄.
Nyatanya saya juga bingung mau nulis apa 😄 karena saya memang tidak pernah memenej waktu dengan baik. Jadi....pas weekend misalnya, pada jam yang sama aktivitas saya bisa beda2 setiap minggunya. Kadang jogging, kadang muter mesin cuci, tapi lebih sering masih leyeh2 di kamar 😄.
Trus...kapan nulisnya? Well....saya juga bukan
orang yang tertib untuk yang satu ini. Lagi rajin, ya nulis, lagi enggak...ya
beginilah, nulis juga sih.
Kesimpulannya....saya percaya
produktivitas dan hasil itu banding lurus dengan usaha, hanya saja dalam
praktiknya, ada yang produktif dengan perencanaan dan manajemen yang baik, ada
yang ngandelin intuitif belaka. Dan saya kayanya typikal yang kedua 😄.
Jadi...kalo kalian emang tipe yang terencana,
lanjutin aja. Udah bener itu. Kalo enggak, ya wis dah nggak usah cemas2 banget.
Tetep bisa produktif kok ......asalkan ada kemauan dan doa nggak pernah surut 😊. Happy weekend all 😊."
Ternyata ya...ada
juga beberapa temen FB yang meragukan status saya, hehe. Mungkin, rada nggak
percaya kalo saya nggak punya manajemen waktu di tengah aktivitas yang lumayan
tinggi.
Hal yang sama juga
kerap ditanyakan audiens saat saya menjadi narasumber seminar menulis. Tentang
bagaimana saya mengatur waktu. Nah, kalo didepan peserta sih, nggak mungkin
dong saya kasih jawaban seperti di status FB itu. Tetep jawabannya yang
normatif dan inspiratif, ahay. Tentang bagaimana kita menyusun target lalu
mencicil usaha untuk mencapai target itu, tentang bagaimana kita memaksa diri
untuk menulis setiap hari, dan seterusnya.
saat jadi narsum pelatihan menulis kreatif |
Tetapi, saya nggak
berbohong kok, yang saya sampaikan itu tetep saya lakuin, tetapi bukan
berarti menjadi sebuah rutinitas. Saya termasuk tipe yang spontan dan intuitif.
Bukan tipe yang merencanakan sesuatu dengan matang sejak jauh-jauh hari. Jadi,
hasilnya ya seperti yang kalian lihat inilah. Random. Haha. Selain nulis buku, saya
juga nulis blog, web pemerintah, kadang nulis resensi, kadang jadi buzzer,
kadang jadi influencer. Mumpung masih hidup, dan saya juga seneng ngelakuin
semua itu, ya kenapa nggak? Toh saya melakukannya tanpa paksaan.
Balik lagi nih
tentang manajemen waktu. Dari yang pernah saya baca itu ya, orang dengan
kepribadian plegmatis (seperti saya) sebenarnya bukan tipe yang inisiatif,
tetapi jika diberi perintah, atau berada dalam kondisi yang mengharuskannya
menyelesaikan sesuatu, maka dia akan berupaya to the max. Terkadang, suami saya
menyebut saya tipe last minute. Baru bergegas di menit-menit terakhir, dan itu
benar adanya.
Tetapi.....masa’ sih mbak nggak ada manajemen waktunya sama sekali? Masa’ sih segalanya berlangsung
hanya berdasarkan intuisi, perintah dan kondisi?
Hehe. Baiklah. Saya
coba deh menulis tips manajemen waktu ala saya. Yang mungkin hanya cocok dengan
orang-orang dengan tipe seperti saya, tetapi enggak salah juga untuk dicoba
oleh yang enggak setipe ...siapa tahu worth it :
- Less wasting time
Apa saya
nggak buka-buka socmed? Sering kok. Nggak punya WAG? Banyak. Nggak punya
kerjaan kantor? banyak juga. Meski nggak sebanyak kerjaan bank. Nggak
jalan-jalan? Tiap hari malah. Perjalanan rutin ke kantor PP sekitar 40 menit
ditambah nemenin suami antar jemput anak, hehe. Terus?
Aktivitas
saya sesungguhnya enggak jauh beda dengan kebanyakan orang, tetapi saya SKIP
hal-hal yang berpotensi merenggut banyak waktu saya dengan hal-hal
unfaedah. Saya mengikuti perkembangan
berita yang lagi viral, mulai dari yang berbau politik hingga gosip inces,
tetapi saya membatasi diri cukup sekadar tahu, tidak berminat mengulik lebih
dalam apalagi melibatkan diri dalam debat kusir yang useless.
Kecuali,
jika berita tersebut agak-agak berbau konspirasi, atau strategi politik yang
berpotensi membawa mudharat, barulah saya mengikuti dengan cukup serius, agar
nggak mudah percaya dengan “permukaan”. Karena yang muncul di permukaan bisa
saja hanya mewakili sekian persen kedalaman, atau justru yang lebih buruk,
hanya sekadar hoax.
Dalam
keseharian, saya juga mengurangi hal-hal yang wasting time. Saya jarang nonton
tivi (karena emang nggak suka), saya jarang ngobrol lama-lama (karena aslinya
saya emang agak kalem, ciee), kalo jalan-jalan pun saya milih yang bareng
keluarga. Yang sama temen-temen udah jarang.
Di banyak WAG, saya lebih banyak jadi silent reader. Karena.....dari WAG
yang banyak itu, hanya sekian persen aja yang isinya emang padat dan “perlu”. Lebih banyak yang isinya hanya didominasi bergurau canda dan tempat sharing berita atau tips.
Bukannya saya nggak demen joking, tetapi kalo sampe ngabisin waktu berjam-jam hanya untuk berbalas joking di WAG, kan buang waktu juga (nurut saya sih).
Nggak tahu
kenapa, di usia sekarang, saya merasa sayang banget kalo waktu yang ada habis
direnggut sesuatu yang nggak terlalu berguna. Bersantai sih boleh-boleh aja,
tetapi jangan pulak waktu bersantainya lebih dominan ketimbang yang lain. Toh
kita udah dikasih Allah malam hari untuk beristirahat, jadi ya, kita manfaatkan
waktu tidur kita sebaik-baiknya untuk beneran beristirahat.
- I’m not good at managing time, but I afford to manage people
Seperti
bunyi status saya diatas, saya memang tidak memiliki manajemen waktu yang
teratur dan terjadwal, tetapi, dalam banyak pekerjaan, saya selalu percaya
dengan manajemen delegasi. Alhamdulillah, untuk pekerjaan rumah tangga, saya
punya kerabat keluarga yang membantu. Begitupun di kantor. Alhamdulillah, di
posisi yang sekarang, saya punya Kasi dan staf untuk menerima delegasi
pekerjaan. Untuk aktivitas menulis juga, belakangan saya dibantu adik saya. Jadi,
untuk postingan blog yang dibawahnya ada nama kami berdua, berarti itu memang
saya tulis bersama adik saya.
Mungkin,
ada yang bertanya, atau bahkan protes, mbak sih enak kalo gitu, pekerjaannya
bisa didelegasikan. Kalo saya yang nggak punya ART, yang harus kelimpahan
pekerjaan kantor, gimana coba?
Saya
percaya setiap orang punya daya adaptasi yang hebat. Ketika dia dihadapkan
dengan situasi yang sulit, dia akan berupaya mencari solusinya. Soal nggak
sempat, dan sebagainya itu, sebenarnya lebih pada urusan PRIORITAS. Bagi yang
memasukkan aktivitas menulis sebagai salah satu prioritasnya, sesibuk apapun,
pasti akan tetap menyisihkan waktu untuk menulis. Enggak bisa di laptop, ya di
hape. Enggak bisa di rumah, ya sambil jalan. Dst.
Juga erat hubungannya dengan karakter diri. Bagi
mereka yang perfeksionis, mungkin akan sulit untuk melakukan banyak jenis
pekerjaan, karena tuntutannya terlalu tinggi. Nah, untuk yang tipe begini,
kalau belum bisa menurunkan standar perfect-nya, ya memang sebaiknya jangan
terlalu banyak melakukan pekerjaan. Yang tidak terlalu penting atau masih bisa
menunggu, ya dikemudiankan aja.
- Collect the energy and make it in one kick
Ini
sebenarnya erat kaitannya dengan karakter sih. Tipenya saya, saya butuh sesuatu
yang kuat untuk mendorong saya untuk bisa bekerja maksimal. Contohnya nih,
kompetisi. Ketika ada lomba menulis misalnya, dan saya udah bertekad untuk
ikut, maka saya akan memfokuskan energi dan upaya untuk itu. Jika tidak ada booster-nya, saya juga
males-malesan. Nah, kalo ada target begini, biasanya secara alamiah saya akan
mengatur rencana sendiri untuk sampai ke target itu. Dateline lomba 3 bulan
lagi misalnya. Maka saya mencicilnya misalnya dengan mengumpulkan referensi,
menyusun outline pada seminggu pertama, 2,5 bulan untuk menulis, dan sisanya
untuk penyuntingan naskah dan revisi.
Karena
anak-anak juga udah besar dan mengerti tentang kegiatan sampingan ibunya,
maka ketika dibilangin kalo saya lagi fokus dengan dateline, mereka juga nggak
bakal ganggu.
Masih ada yang
penasaran mungkin, bagaimana ceritanya (Alhamdulillah) saya udah menulis 26 buku sampe sekarang
dan tiap tahun Alhamdulillah ada buku yang terbit? Selain tetep update blog tentunya dan
nulis konten untuk web pemerintah?
Jumlah yang 26 itu,
untuk sebagian penulis mungkin belum banyak. Tetapi buat saya sih, udah
Alhamdulillah banget, hehe. Entar aja deh ya dilanjutin. Mau lanjut baca buku dulu, hehe.
Kamu punya
manajemen waktu? Boleh dong bagiin juga, lumayan kan buat daku bercermin dan
belajar. 😊
Sama, saya juga sekarang jadi lebih menyayangkan kalau waktu sia-sia hanya sekedar senda gurau belaka. FB malah sudah jarang aktif kecuali untuk job dan sponsorship :D
ReplyDelete26 itu mah banyaak mba. proud of you lah. ditunggu next tipsnya ☺
ReplyDeleteSaya coba tipsny mb
ReplyDeleteSebenerny sy tuh juga lebih banyak jd silent reader cuma kelemahanny perfeksionis tp d sisi lain banyak mauny alias g bisa fokus
Tobat tobat
Tengss tipsny mbaa
Keren sekali. dengan segitu padatnya aktifitas tiap tahun bisa nerbitin buku. Mantul mba..
ReplyDeleteThe real multitasking. Makasih tipsnya mba :)
ReplyDeleteBarokallah sehat terus ya Bund
ReplyDeleteSelalu bangga padamu. Semoga saya bisa terus berkarya seperti mu