Alhamdulillah,
setelah penantian kurleb 1 tahun 4 bulan, novel ini akhirnya naik cetak juga.
Novel ini, adalah Pemenang Harapan 1 pada Lomba Menulis Novel Indiva (LMNI)
tahun 2014. Saya masih ingat, proses pengumuman pemenangnya waktu
itu cukup menegangkan, karena Penerbit Indiva mengumumkannya secara bertahap.
Mulai dari pengumuman semua judul naskah yang masuk, 40 besar, lanjut ke 20
besar, hingga pengumuman pemenang. Dan saat pengumuman pemenang, juga ada yang sedikit mengejutkan. Karena seingat saya, ketika even lomba ini mulai
digelar, penerbit hanya akan memilih 3 pemenang utama. Namun saat diumumkan,
selain 3 pemenang utama, penerbit juga memilih 3 naskah sebagai pemenang
harapan, dan termasuklah naskah ini diantaranya.
Entah
kenapa, saya selalu menyukai momen kompetisi. Terutama kompetisi novel. Karena
kompetisi adalah salah satu motivator saya untuk menyelesaikan naskah "napas panjang", dan menantang saya untuk menulis naskah yang antimainstream.
Dan
entah kenapa pula, setiap kali menulis naskah yang saya tujukan untuk penerbit
Indiva, saya selalu terbayang akan ide-ide yang saling bertabrakan. Contohnya
saja, novel A Cup of Tarapuccino (2013,) adalah kisah yang “menabrakkan” ide
tentang bisnis bakery dengan illegal trading. Novel Jasmine (2013), menabrakkan
ide tentang peretas internet kelas kakap dan pelacur belia korban human
traficking. Dan untuk yang akan terbit ini, didalamnya kalian akan menemukan
kisah berlatar tragedi Priok, lika-liku kehidupan penulis, serta intrik ambisi
politik.
Lalu,
adakah unsur drama dan romansa didalamnya? Tentu saja ada. Karena buat saya,
drama dan romansa adalah bumbu utama. Cerita akan terasa hambar jika tak dibumbui keduanya.
Berapa
lama proses menulis naskah ini?
Kira-kira 7 – 8 bulan. Waktu yang kurleb sama dengan
proses menulis novel Jasmine yang menjadi pemenang 2 lomba novel
inspiratif Indiva (2010).
Setting
mana yang saya pakai?
Ada beberapa tempat yang saya gunakan sebagai latar.
Jakarta di era 1980an dan sekarang, kota kelahiran saya (Tanjungpinang), Pulau
Penyengat dan sedikit setting di London.
Adakah
kesulitan saat menulis naskah ini?
Tentu saja ada. Karena kisah ini saya tulis
dengan alur maju mundur, menggunakan sudut pandang 2 orang secara bergantian,
dan untuk pertama kalinya, saya menggunakan tokoh pria sebagai tokoh utama
pencerita. Jadi, saya harus ekstra hati-hati dalam mengatur ritme cerita agar
tetap harmonis, fokus saat menggunakan 2 pov agar tidak terjadi kesamaan
karakter, dan yang tak kalah penting.....bagaimana menuliskan cerita
dengan menggunakan pola pikir, sikap, prinsip dan cara berbicara seorang
pria.
Apa
yang paling berkesan buat saya dari naskah ini?
Episode tragis dan lika-liku
hidup tokoh-tokoh utamanya, tentu saja. Tetapi, tentang bagian ini tak akan saya
ceritakan di sini. Kalian yang harus membacanya sendiri ya, hehe.
Apakah
novel ini berunsur thriller? Misteri? Horor? (pertanyaan-pertanyaan yang muncul
saat cover novel ini di-publish penerbit di media sosial).
Mungkin, karena
judulnya menggunakan kata “secret”, didukung oleh cover yang terkesan
misterius, maka muncul dugaan-dugaan seperti itu terhadap genre novel ini.
Apa
yang bisa saya katakan, bahwa novel ini memang mengandung unsur pemecahan
misteri, memuat sedikit adegan action
a.k.a kejar-kejaran dan baku tembak, namun juga terdapat kisah bernuansa travelling
dan historis didalamnya. Yang nggak ada cuma kehadiran hantu hanti :D
Gado-gado
banget ya? :D Jujur saja, seperti yang udah saya sebutkan, novel-novel
saya yang diterbitkan Indiva termasuk (insya Allah) novel ini, memang berada di
jalur antimainstream, dan merupakan cerminan diri saya banget, karena saya
emang susah untuk fokus di satu bidang dan satu ide. Selalu saja bermunculan
ide-ide yang saling tabrak, sulit ditemukan titik persambungannya atau bahkan
saling bertolak belakang. Dan buat saya, mengombinasikan hal-hal kontradiktif
ini dalam sebuah cerita adalah sebuah tantangan yang seru dan mengasyikkan. Dan
saya bersyukur, penerbit Indiva mau “mengakomodir” “kegilaan” semacam ini,
diantara puluhan penerbit yang lebih pro pada ide-ide di zona aman, hehe.
Apa
pesan yang mau saya sampaikan lewat novel ini?
Saya nggak akan bercerita banyak. Karena saya ingin, pembacalah yang nantinya menyimpulkan sendiri
setelah usai membacanya. Hanya satu bocoran yang saya kasih, bahwa melalui
novel ini, saya ingin setiap orang yakin dan percaya, bahwa kita harus terus
memperjuangkan harapan meski di mata semua orang, kemungkinan untuk mencapai harapan
itu teramat sangat kecil bahkan tampak mustahil.
Sepertinya
sampai sini dulu kisah behind the scene dari novel ini. Saya berharap saat telah
terbit nanti, novel ini bisa mengobati kerinduan pembaca pada
novel-novel saya yang “sekufu” dengan A Cup of Tarapuccino dan Jasmine, juga bisa
diterima dan disukai oleh pembaca-pembaca saya di jalur romance, dan
mudah-mudahan saja, ada hikmah dan inspirasi yang bisa dipetik dari kisah ini :D.
Cekali lagi ah, bilang celamat. Jadi makin penacalan. Ada apa di balik pintu belwalna emas itu?
ReplyDeleteMakacih mama aira....ada something unexpected deh pokoknya hehe
DeleteSelamat ya Mbak, barakallah :)
ReplyDeleteRada thriller-historis ya.
Iya ridho. Paling jitu nih tebakan ridho untuk genrenya 😀
DeleteAmiiin....makasih
Selamat y mba ^^ keren bingits
ReplyDeleteMakasih mbaak
Deleteg sabaar.....
ReplyDeleteselamat mba, nggak sabar...
ReplyDeleteThank u wik..
DeleteBukunya berapa halaman Kak ?
ReplyDeleteSekitar 272 hal
Deleteg sabaar.....
ReplyDeleteWah...selamat mak...seru ni sepertinya novelnya😁
ReplyDeleteTrima kasiih...
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletePengiin
ReplyDelete