gambar dari sini |
Tulisan ini adalah
lanjutan artikel saya sebelumnya : Meraih Penghasilan dari rumah dengan menulis. Dari beragam komentar yang masuk, ternyata nih ya, meraih penghasilan
dari rumah dengan menulis itu tidak semudah teorinya, dan dari hambatan-hambatan
yang pernah dirasakan para komentator, saya coba rangkum solusinya pada artikel ini.
Mudah-mudahan, beberapa poin dalam tulisan ini bisa menjadi masukan untuk
teman-teman yang ingin serius bekerja dengan menulis dari rumah.
Ada lima elemen yang setidaknya
harus kita miliki saat sudah memancang tekad ingin bekerja dan meraih
penghasilan dari rumah (dengan menulis), yaitu :
- Meluruskan niat
Setiap
amal perbuatan tergantung niat. Jadi, sukses tidaknya a.k.a tercapai
tidaknya target pekerjaan kita juga erat hubungannya dengan niat. Kita boleh-boleh saja punya tujuan dan target tertentu, selama itu positif. Misalnya
ingin menambah penghasilan, ingin eksis, ingin bermanfaat untuk orang banyak,
dan sebagainya. Namun satu hal yang perlu kita ingat, bahwa semua niat itu
harus bermuara kepada Sang Maha Pencipta.
Jadi,
ketika kita ingin bekerja untuk menambah penghasilan, ya harus diiringi niat
bahwa kita ingin mencari rejeki yang halal karena Allah. Saat kita bertujuan
untuk eksis, barengi dengan niat bahwa eksistensi kita adalah untuk mempermudah dalam menyampaikan kebaikan yang bersumber dari Allah.
Maklum
sajalah, kita hidup di lingkungan yang sangat peduli eksistensi. Jadi, ketika
Pak Mario Teguh membagikan satu kalimat inspiratif, yang membaca dan membagikan
bisa sampai jutaan orang. Tetapi kalau kalimat inspiratif itu saya yang nulis,
ada yang tertarik untuk baca aja udah bagus, hehehe. Syukur-syukur dari jumlah
yang sedikit itu ada yang terinspirasi dan tergugah untuk berubah, buat saya
itu udah sangat berharga meski “harga” kalimat-kalimat saya masih jauh dari
“harga” kalimatnya pak Mario. Ini harga dalam makna real lho, silahkan tanya aja sumber terpercaya berapa “harga” Pak Mario sekali mentas, *ups, abaikan, just kidding* :D .
Niat
insya Allah berbanding lurus dengan prioritas. Ketika kita udah meluruskan
niat, prioritas juga bakal mengikuti. Jika prioritas kita adalah keluarga, maka
kita juga akan lebih mengutamakan keluarga dari pekerjaan dan juga uang, begitu pula
sebaliknya. Jadi, kalau nggak mau pusing nentuin prioritas, baiknya kita lurusin niat
dulu, agar pikiran kita bisa lebih terbuka untuk membagi-bagi urusan dan
kewajiban, mana yang harus didahulukan dan dikemudiankan.
Kenapa prioritas penting? Tujuannya supaya kita nggak keteteran, dan bisa membagi perhatian sesuai porsinya.
Ini masalah yang cukup rumit. Karena meski berada di rumah, aktivitas
orang “rumahan” itu justru seringkali lebih sibuk dari orang kantoran. Kalau
ibu-ibu yang ngantor itu kerja di kantornya paling banter sampe terbenam
matahari, tetapi kalo ibu-ibu yang di rumah, aktivitasnya baru benar-benar berhenti
sampai terbenam mata suami. Betul nggak?:D
Apalagi kalau punya bayi, hwaa, jam istirahat bisa menyusut jauh. Tapi gak apa-apa kok, karena masa-masa bahagia bersama anak saat masih bayi itu nggak bakal terulang, dan perputarannya juga cepeet banget. Eh tahu-tahu aja dedek udah tengkurep, belajar jalan, masuk TK, eh nggak kerasa udah abege, eh bentar lagi bakal married.
Back to the topic,
jadi, agar bisa bekerja dari rumah, tentu saja kita harus mengatur waktu dengan
efektif. Jika selama ini kita butuh waktu 1 – 2 jam untuk memasak misalnya,
coba deh kita siasati gimana caranya supaya waktu untuk memasak ini bisa lebih
pendek. Bikin bumbu dasar yang tinggal diambil pas mau masak misalnya, atau
bahan-bahannya udah kita siapkan pada malam harinya. Jika selama ini biasanya
nyuci dan setrika sendiri, coba bandingkan jika menggunakan jasa laundry,
kira-kira lebih hemat mana dari segi biaya, listrik, air dan juga tenaga?
Setelah
itu barulah kita cari waktu khusus untuk bekerja (menulis) yang tidak sampai
mengganggu prioritas utama. Misalnya saja pas anak-anak berangkat
sekolah. Waktu diantara sholat tahajud dan sholat shubuh, atau sisihkan barang
sejam sebelum tidur.
Tips
lainnya supaya waktu untuk menulis bisa digunakan dengan efektif, saat tengah
bergelut dalam rutinitas, lalu tiba-tiba muncul ide tulisan, segera catet ide
itu dalam ponsel, atau di selembar kertas, atau cukup di dalam memori kita.
Jika sempat, tulis juga garis besar outline atau kerangkanya. Nah, begitu punya
waktu lapang untuk menulis, segera eksekusikan ide itu menjadi naskah. Biasanya
nih ya, kalo ide itu masih fresh, proses menulisnya juga bisa lebih lancar.
4. Fokus dan Komitmen
Ini
juga nggak kalah berat. Tetapi bisa dibuat jadi lebih ringan kok. Syaratnya
harus disiplin. Kita sebaiknya kenal dulu sama kemampuan dan bidang menulis
yang paling sesuai dengan passion kita. Bagi mereka yang bisa nulis apa aja
pada rentang waktu yang pendek, misalnya habis nulis artikel, jarak dua jam
udah nulis cerpen, sejam kemudian nulis resensi buku, mungkin nggak terlalu masalah
dengan fokus. Tetapi buat sebagian orang yang hanya bisa fokus pada satu
bidang, dan hanya mampu pada bidang yang disukai, disinilah fokus berperan
penting. Pilihlah yang memang sesuai dengan passion kita dan kerahkan kemampuan
maksimal kita di situ.
Saya
termasuk yang mengalami kesulitan saat harus membagi fokus. Sebelum kenal lebih
jauh tentang dunia blog dan web konten, Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan satu
novel rata-rata dalam waktu 2-3 bulan. Tetapi sekarang, untuk menyelesaikan satu
paragraph saja saya kerap mengalami tulis-hapus-tulis-hapus, seperti saat pertama-tama
menulis novel. Ini karena fokus saya saat ini sudah terpecah-pecah dan jujur
saja, menulis novel itu (buat saya) butuh perhatian, konsentrasi, keterlibatan diri dan hati
jauh lebih dalam ketimbang nulis yang lain. Saya harus berbekal riset dan
persiapan yang cukup serta “masuk” ke dalam diri tokoh utamanya (at least
sampai saya bisa merasakan masalahnya sebagai masalah saya juga), barulah saya
bisa menulis sebuah novel.
Sementara
sekarang ini, saya mengharuskan diri meng-update personal blog saya dan blog kelas
menulis novel saya minimal sekali seminggu, serta mengisi web Sayap Sakinah dua
kali seminggu. Itu sebabnya, saat ini saya udah tutup mata sama lomba-lomba
blog yang berseliweran (kecuali jika benar-benar punya waktu lapang), karena
saya ingin kembali fokus menulis novel tanpa meninggalkan rutinitas saya
mengisi blog dan web.
Lalu,
setelah menemukan bidang mana yang mau ditekuni dan berjanji untuk fokus, ya sebaiknya
diikuti oleh komitmen untuk menjalaninya dengan serius, konsisten, tidak
setengah-setengah, tidak gampang tergoda untuk berpindah-pindah, dan
seterusnya. Ibaratnya nih ya, kalau keahlian kita bikin masakan western itu
baru setengah, ya harus ditekuni sampe level expert atau mendekati expert.
Minimal punya jam terbang cukuplah. Tetapi kalo baru separuh jalan udah nyoba masakan Timur Tengah misalnya, dan
hal yang serupa berulang terus, ya bakalan susah untuk mencapai level
expert dalam satu bidang yang sama. Tingkat keahlian dan jam terbang ini juga menentukan
bargaining position lho. Misalnya aja ada yang lagi nyari
jasa penerjemah, tentu saja dia bakal pilih penerjemah yang memang
udah pro dan dapet rekom banyak orang kalau hasil terjemahannya emang bagus.
5. Doa
Doa
harus senantiasa mengiringi perbuatan baik. Setuju ya? Karena sekadar ikhtiar
tanpa doa, sama aja menunjukkan sisi kesombongan kita. Seakan-akan semua
pencapaian kita adalah semata-mata berdasarkan ikhtiar belaka. Doa ini nggak
hanya kita pintakan saat pekerjaan telah selesai, tetapi juga harus dipanjatkan
sebelum memulai, selama melakukan, dan hingga pekerjaan itu usai. Mudah-mudahan
saja, dengan selalu mengiringi perbuatan dan pekerjaan kita dengan doa, hasil
yang kita capai sesuai dengan yang kita harapkan serta memperoleh
berkah dari Allah.
Tips-tips
lainnya untuk mendorong produktivitas bisa teman-teman baca pada tulisan saya Tips Menjadi Wanita Produktif part 1
dan part 2.
Semoga
bermanfaat dan semoga berhasil meraih penghasilan (dengan menulis) dari rumah :)
Tanjungpinang, 18 Oktober 2015
Penulis novel dan non fiksi
Kontributor web Sayap Sakinah
Mentor Kelas Menulis Smart Writer
Terimakasih sharingnya mba. Saya masih harus disiplin dalam time management.
ReplyDeletesama2 mbak....makasih ya udah berkunjung :)
DeleteBoleh nanya mbak Elyta?
ReplyDelete1. Mbak menulis begitu banyak buku, konsisten menulis uda berapa tahun? Maksud saya mbak berkarir di dunia tulis menulis dan aktif sejak usia berapa?
2. Mbak baca sebulan berapa buku?
Ya itu saja deh mbah, oh FB Mbak Elyta sudah full, saya tidak bisa berteman :'(
Salam kenal mbak :)
1. Mulai belajar nulis tahun 2006. Mulai konsisten nulis buku sejak 2011. Kalo umur mah udah tuirr hehe
Delete2. Sekarang agak kendor nih baca bukunya...agak kedodoran juga ngatur waktu...like Fan page saya aja, or add akun 1 lagi yang pp nya cover buku sayap2 mawaddah. Salam kenal juga :)
bener mak.. doa juga paling penting..karena segala usaha ...harus diiringi doa, karena takkan sukses sesuatu tanpa ijin dari Nya..
ReplyDeletesukses...deh..buat buku2nya..
Amiin...trima kasih yaa :)
Deletemakasoh ilmunya ya mbk, daku sepertinya harus menguatkan niat dlu kayaknya nih mbk,
ReplyDeleteyoyoyow semangaaaattt
Sama2...cemangaatt :D
DeleteNaah, nomor 4 itu aku banget. Masalah di fokus dan komitmen. Harus ada landasan suka dan cinta dulu, baru semua berjalan aman ;-)
ReplyDeleteIya mak. Fokus n komitmen. 2 hal yg mudah diucap susah direalisasiin yak. Butuh suka dan cinta emang
Deletesetuju, bekal spiritual sama penting dengan bekal yang lain seperti menejemen waktu dan finansial
ReplyDeletegood inofhnya serr
ReplyDeleteVisit Us