Jaman sekarang ini, hampir setiap menit, selalu ada
informasi baru yang bisa kita akses melalui piranti teknologi. Sisi positifnya,
kita bisa mendapatkan berbagai informasi dengan mudah dan cepat. Saya ingat, saat
SMU dulu, kalau mau nyoba resep kue saya harus buka-buka majalah dan klipping
resep koleksi mama. Tapi sekarang, saya cukup mengetik nama resepnya di ponsel,
dan dalam hitungan detik, sudah muncul di layar. Tinggal bawa ponsel ke dapur,
dan ikuti instruksinya.
Tetapi, derasnya arus informasi dan kemudahan
teknologi untuk mengaksesnya juga punya sisi negatif, karena tidak semua
informasi itu benar, tepat dan akurat. Semakin banyak informasi yang disampaikan,
peluang atas munculnya informasi yang tidak valid juga semakin besar. Baik yang
kemunculannya disebabkan oleh kekurangpahaman, ataupun informasi melenceng yang
memang sengaja disebarluaskan atas alasan dan kepentingan tertentu.
Nah, terhadap fenomena ini, Islam telah jauh-jauh
abad memberikan tuntunan kepada umatnya. Ini bisa kita lihat salah satunya pada
surat Al-Hujurat ayat 6 yang artinya :
“Wahai orang-orang beriman! Jika datang kepadamu
orang fasik yang membawa sesuatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum kerana kebodohan(kejahilan), yang akhirnya kamu
menyesali perbuatanmu itu.”
Subhanallah.....siapa yang bisa menyangkal keajaiban
dan keabadian ajaran Al-Quran? Bahkan jauh sebelum abad kejayaan informasi mencapai
puncaknya, Allah swt telah mengajarkan kita bagaimana cara menyikapi informasi.
Dari ayat tersebut, satu kalimat penting untuk digarisbawahi
: telitilah kebenarannya. Atau dengan kata lain, kita diperintahkan untuk
selalu selektif terhadap setiap informasi yang kita terima, jangan lantas menelan
mentah-mentah dan langsung meyakini kebenarannya, terlebih-lebih jika informasi
itu disampaikan oleh orang-orang fasik.
Ayat tersebut juga mengisyaratkan, bahwa
ketidakhati-hatian dalam menyikapi informasi dapat berakibat fatal. Karena informasi
yang tidak benar dapat menimbulkan dampak buruk atas orang lain bahkan pada
masyarakat luas. Ujung-ujungnya, kita juga yang akan menyesal karena tidak
meneliti terlebih dulu kebenaran informasi sebelum menyebarluaskannya.
Nah, pertanyaannya, kenapa ayat tersebut memberi
penekanan pada orang fasik sebagai golongan yang harus “diwaspadai” saat menyampaikan
informasi? Dan siapa pula yang termasuk orang-orang fasik itu?
Kita lanjutkan pada perbincangan mendatang ya :)
Yap betul. Banyak berita hoax. Memprihatinkan sekali :(
ReplyDeleteIya,harus lebih teliti dan jangan asal ngeshare aja..:(
ReplyDeleteDunia maya lebih berbahaya daripada dunia nyata, apalagi data yang lalu lalang sangat banyak. Bagi yang tidak selektif dan memahami dengan baik informasi yang diterima, bukan tidak mungkin akan mengakibatkan hal-hal yang tidak di inginkan.
ReplyDeleteAl-Quran memang petunjuk hidup kita, dan memang benar adanya. Kita memang harus hati2
ReplyDeletejangan asal nge share aja ya gan
ReplyDeleteiya mak Mimi, Mak Yulita, kadang hoax nya juga meyakinkan sekali hingga banyak yang share
ReplyDeletesetuju, Timur, mak Santi...thanks ya udah mampir :)
ReplyDeleteJaman sekarang tabayyun harus diperkuat lagi biar gak kemakan berita yang gak benar.
ReplyDelete