Pada tahun 2006 silam, negeri
ini dikejutkan oleh berita menggemparkan dari kota kembang, Bandung, tentang
Ibu Anik Koriah yang tega menghabisi nyawa ketiga anak kandungnya. Padahal, menilik
latar belakang, ibu Anik adalah seorang yang cerdas, berprestasi, alumni ITB
dengan nilai IPK kelulusan 3,2, aktivis dakwah, taat beribadah, menutup
auratnya dengan rapi, memiliki suami yang sholeh dan berpendidikan tinggi, juga
orang tua
yang cerdas dan taat beragama (sumber : http://psycho-moslem.blogspot.com.
Saat ditanyakan
kepadanya alasan dibalik perbuatan sadisnya, dia mengatakan bahwa dia merasa
gagal menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya, sehingga khawatir akan masa
depan anak-anaknya kalau ketiganya dibiarkan tetap hidup (hal. 11). Dari hasil
penyelidikan dan analisa psikis, diyakini bahwa ibu Anik mengalami paranoid dan
depresi akut hingga mengalami puncaknya dengan kenekatannya membunuh
anak-anaknya.
Apa yang dilakukan Ibu
Anik Koriah bukan satu-satunya kasus terkait depresi yang dialami oleh kaum
ibu. Tidak sedikit kaum wanita – khususnya para ibu – mengalami kondisi psikis
yang negatif mulai dari merasa tertekan, terintimidasi, stres, lelah jiwa dan
pikiran, hingga mengalami depresi akut seperti yang terjadi pada Ibu Anik.
Fakta ini menunjukkan
bahwa menjalani “profesi” sebagai ibu
bukanlah hal yang mudah. Seperti juga yang diutarakan penulis sebagai kalimat
pembuka bukunya, bahwa banyaknya buku dan artikel yang menulis tema seputar
menjadi ibu bahagia, menunjukkan betapa untuk menjadi ibu yang bahagia ternyata
tidaklah mudah, sehingga konsep ibu bahagia selalu menjadi tema menarik yang
tidak pernah bosan untuk dibahas dan dipelajari. (hal.1).
Lantas, bagaimana
konsep ibu bahagia yang ditawarkan oleh penulis?
Saat membaca judul dan
tagline, terlihat bahwa konsep tersebut merujuk pada relevansi antara bahagia
dan keikhlasan. Penulis mengawali pemaparannya dengan menghadirkan teori kebutuhan
dasar manusia versi Maslow, dimana berdasarkan teori tersebut, kebutuhan
tertinggi manusia adalah aktualisasi diri yang berakar pada konsep diri. Jika dihubungkan dengan kaum ibu yang menjadi
subjek bahasan sentral dalam buku ini,
kebutuhan akan aktualisasi diri ini kerap memunculkan dilema saat sang ibu
gagal membentuk konsep dirinya berasaskan kejujuran. Kejujuran untuk mengenali
kelebihan dan kekurangan, juga mengetahui secara tepat hal-hal yang membuatnya
bahagia. (hal. 5)
Pada bab selanjutnya, penulis memaparkan penyebab stres
pada kaum ibu yang dipicu oleh faktor hormonal. Disebutkan bahwa wanita
mengalami perubahan hormon yang sangat besar pada masa kehamilan dan dapat
memicu stres. Rasa takut yang berlebihan juga terkadang menyerang wanita pada
masa menjelang melahirkan. Tak cukup sampai di situ, wanita juga masih dihantui
kondisi psikis baby blues syndrome dan postpartum depression pasca melahirkan. Di
sini, penulis tak hanya menyajikan beragam penyebab dan gejala stres yang
dialami sekian persen ibu pada masa-masa krusial ini, tetapi juga disertai langkah-langkah
aplikatif untuk mengatasi stres tersebut
dan
problema psikis lainnya yang kerap terjadi pada masa kehamilan hingga menyusui.
Bab berikutnya mengajak pembaca mengenali penyebab eksternal terhadap stres yang dialami kaum
ibu. Penyebab eksternal ini umumnya
disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara peran-peran yang harus dijalani dengan kemampuan
sang ibu dalam menjalaninya. Pada
bab ini pembaca akan diajak
menelusuri peran-peran tersebut
dan bagaimana tips menjalaninya secara optimal dan tepat porsi. Tak lupa pula, penulis mengajak pembaca, khususnya kaum ibu, untuk
mengenali emosi negatif dan cara menyingkirkannya.
Membangun konsep aktualisasi
diri seorang ibu menjadi topik bahasan pada bab 4 yang bertajuk Being Me –
Menjadi Ibu yang Apa Adanya. Menurut penulis, adalah penting bagi seorang ibu
untuk jujur pada diri sendiri akan pilihan hidupnya, termasuk pilihan untuk
bahagia dalam versi masing-masing dan tak lupa mengomunikasikannya pada
keluarga, serta melakukan hal-hal yang dapat menjaga keseimbangan hidup seperti
menekuni hobi, rutin berolahraga, tetap menambah ilmu dan memperluas pergaulan.
Bab 5 adalah bab yang memuat topik utama,
yaitu bagaimana meraih bahagia dengan membangun keikhlasan. Di sini, penulis
memaparkan secara lengkap segala hal terkait keikhlasan mulai dari pemahaman
konsep ikhlas yang benar, mengapa harus ikhlas, definisi ikhlas, bagaimana tips
dan trik membangun ikhlas, serta manfaat ikhlas untuk meraih kebahagiaan. Terkait
dengan manajemen keikhlasan, penulis menyandarkan pembahasannya pada teori
Quantum Ikhlas versi Erbe Sentanu dengan mengadaptasinya sesuai peran dan
aktivitas para ibu, disertai pengalaman nyata penulis juga kisah hidup
inspiratif Nick Vujicic, seorang motivator andal dunia yang ditakdirkan
terlahir tanpa tangan dan kaki.
Penulis menjadikan bab
6 – Meraih Sukses dengan Hati Bahagia sebagai bab pamungkas, dengan mencoba meluruskan
paradigma bahagia vs sukses, mengutip
kisah nyata Putri Herlina yang terlahir tanpa tangan namun memiliki sikap
syukur dan
optimis yang luar biasa,
serta
mengajak kaum ibu mengenali kekurangan dan kelebihan sesuai typenya
masing-masing - yang oleh penulis dibagi menjadi tiga kategori : working mom,
full time mom, dan working at home mom - agar memudahkan jalan menuju
keikhlasan.
Sedikit mengutip
kalimat di awal resensi, bahwa diantara banyaknya buku yang menulis tema
seputar menjadi ibu bahagia, buku karya ibu yang kini bermukim di Malaysia ini memiliki beberapa
keunggulan yang layak dipertimbangkan untuk dipilih dan dimiliki,
yaitu :
1. Bersegmentasi luas. Pilihan kosakata dan
penuturan penulis
tergolong mudah dipahami, lancar, akrab dan komunikatif sehingga dapat
menjangkau segmentasi pembaca dari berbagai kalangan, latar pendidikan,
profesi, bahkan gender.
Meskipun subjek sentral buku ini adalah kaum ibu, buku ini juga bisa dibaca
oleh kaum bapak sebagai penambah referensi dan wawasan tentang dunia ibu yang
sesungguhnya.
2.
Lengkap dan aplikatif. Buku ini mengupas
secara lengkap fase-fase dalam kehidupan seorang ibu juga berbagai peran ibu yang rentan
mengalami gangguan psikis, disertai tips-tips aplikatif untuk mengatasinya. Dalam
pemaparannya, penulis menggabungkan referensi teori dari para ahli, beberapa
rujukan Al-Quran dan hadits, pengalaman pribadi dan juga sedikit cuplikan kisah
nyata yang melebur secara harmonis sehingga tidak terkesan menggurui. Adanya
bagan dan gambar sebagai pendukung teori juga mempermudah pemahaman visual
pembaca.
3. Reliable.
Adanya pemaparan teori Quantum Ikhlas disertai aplikasinya dalam kehidupan penulis dan bukti-bukti akan hasilnya,
menjadikan teori tersebut tak hanya sekadar populer, tetapi juga layak
dipercaya dan diandalkan dalam pelaksanaan manajemen keikhlasan. Ditambah
dengan upaya penulis mengadaptasi teori tersebut dengan aktivitas keseharian
kaum ibu, menjadikan teori
ini pun dapat diaplikasikan secara nyata oleh kaum ibu.
4. Proporsional.
Meskipun penulis adalah seorang full time mom, penulis mengupas kelebihan,
kekurangan dan tips-tips solutif untuk setiap kategori kaum ibu - working
mom, full time mom, dan working at home mom – secara proporsional dan tidak hanya memihak pada
salah satu kategori. Buat saya pribadi dengan aktivitas harian yang mencakup ketiga kategori
ini (40% working mom, 50% full time mom, dan 10% working at home mom), proporsi ini sangat melegakan. Jujur saja, saya
terkadang merasa sedih saat membaca buku nonfiksi yang diperuntukkan bagi kaum ibu namun hanya
memihak dan membela kaum ibu dari kategori tertentu saja.
5. Inovatif.
Penulis tak hanya sekadar mengupas teori Quantum Ikhlas, tetapi juga berani
menabrakkannya dengan teori lain yang tak kalah popular, yaitu positive
thinking. Menurut penulis, sikap ikhlas sejati berbeda dengan positive
thinking, karena dalam konsep positive thinking, rasa kecewa seolah sedang
ditekan dan tubuh dipaksa merasa bahagia. Sedangkan dalam konsep ikhlas, rasa
kecewa dan bahagia justru harus diterima utuh oleh tubuh, dan dari situlah
tubuh menjadi lebih rileks (hal. 109).
6.
Easy-pick-a-note.
Lay-out bagian dalam buku yang memberi font warna merah muda dan kolom khusus
untuk kalimat-kalimat motivasi, membuat pembaca mudah memindainya ke
dalam catatan pribadi sebagai pengingat kapan pun dibutuhkan.
Beberapa catatan yang
kiranya dapat menjadi koreksi jika kelak buku ini kembali dicetak ulang :
-
Pembetulan penulisan kata “desperate” yang berkali-kali ditulis dengan
“desprete”
- Buku
seri Why “Puberty” yang dijadikan contoh oleh penulis sebagai buku pendamping
remaja (hal. 54), ada baiknya diganti buku lain mengingat buku tersebut telah
ditarik dari peredaran.
Menikmati lembar-lembar
buku ini, para pembaca khususnya kaum ibu seakan tengah melihat cerminan diri
dalam berbagai dimensi, dan paparannya dapat menggugah kesadaran akan hakikat kebahagiaan
sejati, juga bagaimana mengupayakan keikhlasan yang paripurna dalam
mencapai kebahagiaan tersebut. Sungguh sebuah ilmu yang sangat rugi jika diabaikan. Buku ini juga memiliki pesan yang kuat bahwa setiap ibu berhak untuk
bahagia. Kebahagiaan tak melulu harus dicapai dengan cara merevolusi diri
menjadi seorang ibu yang sempurna, melainkan dengan menerima secara utuh segala
kekurangan yang dimiliki dan menjadikan (kesempurnaan) Allah sebagai sumber penolong
terbesar untuk meraih semua cita-cita hidup termasuk kebahagiaan.
Sebagai penutup, saya sertakan beberapa kutipan kalimat inspiratif dari buku ini,
yang mudah-mudahan dapat memantapkan niat anda untuk menjadikan buku ini sebagai pilihan yang bermanfaat :
“Ketika seorang ibu mampu mengenali kelebihan dan
kekurangan diri, dan mampu mengetahui apa-apa yang membuatnya bahagia dengan
pilihannya, maka di situlah tercapai kebutuhan akan aktualisasi diri.” (hal.
5).
“Bukan zamannya lagi membandingkan siapa yang paling
baik, working
mom, full time mom, dan working at home mom, semua pilihan punya konsekuensi, dan punya peluang
bahagia di dalamnya, asal kita berani jujur pada nurani dan
juga konsisten dengan pilihan kita itu.” (hal. 6)
“Supermom tak berarti sanggup melakukan semuanya tanpa
henti, tetapi menjadi ibu yang supermom justru ketika kita mampu menelusuri prioritas mana
yang didahulukan dan mana yang bisa ditinggalkan.” (hal. 77)
“Konsep aktualisasi diri tidak melulu harus dihargai
orang lain dan menjadi berarti di mata orang banyak, aktualisasi diri yang
sejati sesungguhnya adalah ketika kita sudah mampu paripurna menghargai diri
kita.” (hal. 111)
“Jalan bahagia dapat kita wujudkan tanpa harus menjadi
supermom tanpa cela, melainkan cukuplah menjadi original mom lengkap dengan
segala kekurangannya namun kita percaya dengan kekuatan super milik Allah, maka
keluarga bahagia yang sukses dapat kita wujudkan.” (hal. 182)
Judul : Bahagia Ketika Ikhlas
Penulis : Rena Puspa
Penerbit : Elex Media
Jenis : Non fiksi
Hal : 186 hal
Tahun : 2014
ISBN :
978-602-02-4557-7
resensi yang super lengkap...salam kenal mba ...
ReplyDeletesalam kenal juga :)
ReplyDeleteSuhanallah ya jadi wanita itu...hiks, hamil dan melahirkan ada pengaruh hormon, mau datang bulan hormon lagi, kontrasepsi hormon juga, kalau bisa dengan baik menjaga emosinya Allah subhanallah bgt pokoknya...
ReplyDeleteiya Kania, wanita memang makhluk yg kompleks ya
ReplyDeleteDunia para ibu adalah dunia banyak warna dan cerita. Tak habis-hais dibahas oleh pakar :D
ReplyDeletebetul mbak eky, dunia yg selalu menginspirasi :)
ReplyDeleteresensi Mbak Riawani selalu maknyus dan keren :))
ReplyDeletetop bgt (y)
Lucu membaca kata "desprete" itu.
ReplyDeleteBerdasarkan banyak kasus yg terjadi, semua ibu yg stress dan depresi berlebihan itu adalah ibu rumah tangga alias yg sehari2nya di rumah. Agaknya karena tidak adanya saluran utk mengaktualisasikan diri, ditambah penghasilan suami yg kurang dan si ibu tidak bisa membantu suami dalam mencari nafkah. Ditambah tidak ada dukungan dari suami. Aku udah pernah nulis ttg ini juga dan dishare banyak ibu2.
leyla : di buku mbak rena ini juga ada disebutin bbrp hasil penelitian ttg itu
ReplyDeleteSeperti biasanya, reviewnya lengkap ya, Mbak (^_^)
ReplyDeleteBisa jadi bekal yang baik nih untuk saya yang masih single..he..he..
Hm..masuk wishlist 2015, ah. Mudah2an nanti bisa memiliki meski sudah mencanangkan "puasa belanja buku".
InsyaAllah kalo rezeki nggak kemana.
iya Atria, insya Allah pintu rezeki selalu terbuka dari arah yang tak disangka2 ya :)
ReplyDeleteassalamu'alaikum kakak .. aku masih 18tahun ... tapi aku suka baca baca buku begini .. terutama bukanya ustadz felix xiau "Udah Putusin Ajah" subhannAlloh ...... aku belum ngerasain jadi ibu .. tapi dr buku ini bikin kita tau sedikit tentang apa yg buat ibu aku bahagia. .. makasihh ... assalamualaikum....
ReplyDeletekomplit mbak. saya baru bingung ditawari dua buku, salah satunya ini. mantap pilih buku ini deh.
ReplyDeletetfs mbak.