Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

Cuplikan isi novel Gerbang Trinil



Areta perlahan membuka pintu. Ada pendar cahaya dari pintu belakang yang terbuka, ke arah dapur yang terletak di luar dinding rumah utama. Semakin dekat menuju dapur, semakin terlihat jelas bahwa cahaya itu berasal dari kebun belakang. Rasa penasaran yang terus bertambah tak hanya membuat Areta terus melangkah maju, menuju sumber cahaya, tetapi juga rasa hausnya mendadak lenyap.

Areta merunduk diantara pagar bambu. Sesuatu tengah berlangsung di dalam kebun. Sesuatu yang tidak bisa dinalar oleh logikanya juga oleh kedua matanya yang masih terasa berat. Dari arah dua gading purba yang mencuat di tengah kebun itu, tampak berpendar cahaya sangat terang. Saking terangnya, hinga ia pun menyipit silau. Sepertinya, dari sanalah sumber cahaya yang mencapai pintu kamarnya, berasal. Cahaya itu berputar-putar tepat di tengahnya, dikelilingi oleh materi-materi halus yang berkilau, seperti pecahan kristal. Sementara beberapa orang berdiri tegak mengelilingi dan menatap sumber cahaya itu. Tanpa bicara, tapi matanya penuh harap mengarah ke pusat cahaya itu.

Areta memicingkan matanya, berusaha melihat jelas siapa orang-orang yang mengelilingi cahaya itu. 

“Nenek, Yu Tini .. dan ......yang lain siapa ya?”

Areta berusaha tidak mengeluarkan suara, hanya membatin dalam hati. Ada setidaknya tiga orang bertubuh tinggi besar berada di sekitar sumber cahaya itu.

Putaran cahaya itu melambat, tapi terangnya masih terus berpendar. Pendar cahaya yang ternyata berasal dari kedua gading itu. Anehnya, cahaya justru terpusat di antara kedua gading. Samar-samar, saat putaran materi cahaya itu berhenti, tampak sesosok kekar dan tinggi muncul di tengah cahaya. Pada tubuh kekarnya itu, melekat baju besi yang tampak kokoh, berwarna abu-abu, seperti baju prajurit perang jaman baheula. Ada kelap-kelip seperti sinar laser beraneka warna, terpancar dari baju besi itu. Tetapi yang menonjol adalah balutan besi mirip kalung yang melingkari lehernya. Ada lampu berkedip-kedip sangat terang pada bagian depannya.

Sosok itu melangkah keluar dari pusat cahaya, dan orang-orang yang mengelilingi, memberi jalan seraya mengangguk hormat.  Terdengar orang-orang bertubuh besar berbicara pada sosok itu dengan bahasa yang aneh. Dan sosok itu pun menjawab dengan bahasa yang sama anehnya. Seperti suara orang berbicara di dalam air, atau lebih tepatnya seperti kaset yang pitanya terbelit di tape recorder. Sosok itu membelakangi cahaya, hingga Areta tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana wujud detilnya. Selain hanya kedipan-kedipan lampu hijau dan merah yang berada di beberapa bagian baju besinya.

Tiba-tiba, sosok itu berjalan.....menuju Areta !

Areta diserang rasa panik seketika. Berusaha mengendap perlahan sambil melangkah mundur, kembali ke dalam rumah. Tapi entah kenapa, hitungan waktunya terasa lebih lambat dari hitungan waktu yang dibutuhkan makhluk itu untuk melangkah maju. Dan tahu-tahu saja, saat batang bambu tersingkap, sosok itu sudah berdiri di hadapannya!


Review Gerbang Trinil oleh Aditia : 
"salah satu kekuatan dari novel ini adalah penulisannya yang ngalir dan mudah dicerna. Pendeskripsian latarnya juga jelas dan detail, sehingga kerasa kental latar dunia yang teknologinya nggak dimiliki manusia. 

Review selengkapnya disini

No comments