“Assalamu’alaikum. Ta, insya Allah
kami akan menggelar lomba resensi, jadi tolong siapkan novel-novel Lyta untuk
diresensikan ya, dan kami juga mengundang Lyta jadi salah satu dewan juri, bla
bla bla...”
Pembicaraan dengan rekan saya –
Isriyanti - yang juga salah seorang pegawai di Kantor Perpustakaan dan Arsip
Kabupaten Bintan pagi itu, menghadirkan rasa lega di hati saya. Akhirnya, keinginan saya
untuk “menitipkan” buku-buku saya di Perpustakaan daerah saya sendiri,
kesampaian. Meskipun itu harus ditempuh lewat even lomba resensi. Mengingat
sudah beberapa tahun terakhir, pengadaan buku baru belum pernah dilakukan lagi
di Perpuskab.
Beberapa tahun sebelumnya, saya
juga pernah menitipkan novel perdana saya (Tarapuccino) di Perpuskab, sebanyak
5 eks, dan setelah itu, saya juga pernah beberapa kali menyampaikan tentang karya-karya
saya pada Kepala kantor Perpuskab. Tetapi entah kenapa, belum juga mendapat respons
apapun. Mungkin karena terkait ketiadaan pengadaan tersebut, atau juga karena memang
"pemberitahuan" ini dianggap bukan sesuatu yang penting-penting banget.
Sekian tahun berlalu, akhirnya
penantian saya berbuah hasil. Sesuai pesan Yanti, demikian panggilan akrab
teman saya tersebut, bahwa buku yang akan diresensikan tidak boleh terlalu
tebal, diutamakan yang berjenis novel, dan bisa dipahami remaja. Akhirnya
saya memilih 6 (enam) judul dari buku-buku saya yang sudah terbit : Hati
Memilih, Yang Kedua, Persona non Grata, Kitab Sakti remadja Oenggoel,
Perjalanan Hati dan Ping, dengan total keseluruhan sebanyak 50 eks.
Singkat cerita, pada tanggal 24
September 2014, bertepatan hari jadi Provinsi Kepri, lomba resensi SLTA se-Kabupaten
Bintan pun digelar. Bertempat di Relief Antam Kijang, Bintan Timur, lomba
diikuti 48 orang peserta. Saya dan Pak Sulaiman dari Disdikpora serta pak
Ridwan, seorang guru SMP yang juga penggiat seni, ditunjuk sebagai dewan
jurinya.
Sehari sebelumnya, saat rapat
dewan juri, Pak Ridwan ngomong begini ke saya, “Sungguh dek, waktu saya ditelepon Yanti,
dan bilang kalau salah satu jurinya adalah penulisnya sendiri, saya kira
Perpuskab mengundang penulis dari luar, nggak tahunya, penulis dari Kepri
sendiri. Adik selama ini kemana saja? Kok orang Kepri termasuk saya sendiri
tidak tahu kalau kita juga punya penulis yang sudah menghasilkan banyak karya?”
Saya tertawa kecil, dan bilang, “Saya nggak tahu Pak harus bilang ke siapa.”
Trus, kata beliau lagi, “Ya sudah,
nanti sama bu Yanti pergi saja ke Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi. Bawa semua
buku yang sudah adik terbitkan. Beliau sangat respek koq sama anak daerah yang
berkarya.”
Dan sampai tulisan ini saya buat,
saya belum lagi melakukan apa yang beliau sarankan :D
Pada dasarnya saya
tergolong rada pemalu, - aissh -, saya nggak pede untuk ujug-ujug bawa buku-buku saya menghadap pejabat publik, dan prioritas saya lebih kepada produktivitas dalam berkarya dan karya saya bisa dibaca serta (mudah-mudahan) menginspirasi banyak orang.
Sekarang saya mau gantian cerita
tentang lomba resensi. Lomba ini digelar dalam waktu kurleb 3 jam, dan peserta
harus menggunakan waktu ini sebaik mungkin untuk membaca dan meresensi judul
buku yang mereka dapat dengan cara diundi. Biar adil maksudnya.
peserta lomba lagi serius nih :D |
Pukul dua siang...teng! Waktu
lomba berakhir. Satu persatu peserta mengumpulkan resensi, dan giliran kami
para juri untuk menilai dan memilih 10 orang pemenang. Jujur, sebagaimana yang
saya utarakan juga pada saat membacakan pengumuman pemenang, saya salut dengan
semangat dan kemampuan anak-anak ini dalam membaca cepat dan menyelesaikan resensi
hanya dalam waktu 3 jam! Dan saya juga berprasangka baik bahwa mereka tidak
berusaha mencontek dari internet, karena sesekali saya juga berkeliling,
melihat bagaimana seriusnya mereka membaca dan menulis, dan rata-rata tulisan
mereka memang orisinal.
Akhirnya, 10 orang pemenang
berhasil terpilih, dan saya juga salut untuk Pemkab dan Perpuskab yang menyediakan
reward cukup lumayan. Juara satunya...dua juta bo’ :D Seumur-umur saya ikutan
lomba resensi, belum pernah dapet hadiah segede ini :D
bersama Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Bintan |
Pukul empat lewat, seiring hujan
yang turun rintik-rintik, even ini pun selesai digelar. Saya pun berpamitan
dengan panitia dan peserta, bersama rasa bahagia dalam hati karena telah
menyelesaikan tugas menjadi juri, bahagia melihat antusias para peserta,
apresiasi panitia dalam hal ini Perpuskab Bintan, juga bahagia lihat nominal
honor dewan juri, ehh :D.
Sungguh, saya berharap even-even pemicu
motivasi remaja untuk membaca dan menulis seperti ini, kian digalakkan oleh
pemda setempat melalui dinas terkait, agar tujuan mencerdaskan bangsa ini
lewat kegemaran membaca (dan menulis) buku, dapat tercapai.
No comments