JUDUL BUKU : CATATAN HATI IBU BAHAGIA
PENULIS : LEYLA HANA
PENERBIT : JENDELA (LINI ZIKRUL HAKIM)
TERBIT : MARET 2012
TEBAL : 352 HAL
ISBN : 978-979-063-710-8
Ditengah
hiruk pikuk perdebatan para wakil rakyat tentang kenaikan BBM, terdapat
satu Rancangan Undang-undang (RUU) yang konon tak kalah urgen untuk
segera disahkan, masuk dalam daftar Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) tahun ini, yaitu RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG).
Meski
gaung perdebatannya tak senyaring isu kenaikan BBM, namun RUU ini cukup
membuat gelisah beberapa elemen umat Islam negeri ini yang masih sadar
benar akan pentingnya pilar-pilar budaya dan ajaran Islam, mengingat
sebagian besar isi RUU ini memang mengadopsi aturan sekuler liberalisasi
yang tertuang dalam Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW), Beijing Platform for Action (BPFA) dan Millenium Development Goals
(MDGs). Aturan-aturan yang berusaha menegakkan kesetaraan kaum
perempuan dalam perspektif kaum feminisme barat yang sayangnya
bertentangan dengan perspektif Islam tentang perlindungan kaum
perempuan, bahkan ke depan, dikhawatirkan bakal merusak tatanan
kehidupan keluarga umat Islam negeri ini.
Lantas, apa hubungannya dengan buku berjudul Catatan Hati Ibu Bahagia ini?
Mari
sejenak kita tinggalkan pembicaraan tentang RUU KKG. Sejenak kita bedah
isi buku yang ditulis oleh seorang ibu rumah tangga yang juga penulis
produktif ini. Sesuai judulnya, buku ini memang memuat curahan hati
penulisnya tentang pengalamannya menjalani peran sebagai ibu rumah
tangga, mengurus keluarga, persinggungannya dengan lingkungan sekitarnya
juga fenomena yang ia tangkap tentang kehidupan berkeluarga.
Buku
ini dibagi atas 7 (tujuh) bab, dan antara satu bab dengan lainnya
seakan merupakan rangkaian metamorfosis sang penulisnya sendiri. Pada
bab awal yang berjudul Menjadi Ibu Harus Bahagia, penulis mengungkapkan
perasaan dan alasannya saat memutuskan meninggalkan pekerjaan dan
menjadi ibu rumah tangga full, saat harus mengatasi rasa jenuh, juga meluruskan paradigma bahwa ibu rumah tangga juga bisa berpotensi menjadi wanita hebat.
Di
bab-bab selanjutnya kita akan diajak menelusuri pengalaman dan perasaan
penulis, suka dukanya saat melewati masa kehamilan, menjadi ibu baru,
merawat dan mengasuh anak balita, interaksinya dengan asisten rumah
tangga (ART), pasangan hidup, mertua juga tetangga. Tak ketinggalan juga
dibahas perspektif penulis terhadap hal-hal jamak yang dialami ibu
rumah tangga, seperti pemberian ASI eksklusif, pemakaian diapers,
problema bentuk tubuh, bagaimana mengontrol keuangan keluarga agar tak
terjerat utang, dan sebagainya. Semua ini ditulis dalam penuturan yang
lancar, ringan, humanis, juga akrab, seakan-akan kita tengah mendengar
sang penulisnya ngobrol langsung dan memosisikan dirinya sebagai sahabat
kita. Pemilihan kalimat dan tips-tips dalam buku ini sangat mudah
dicerna, sehingga cocok dibaca kaum ibu dari semua kalangan. Baik ibu
rumah tangga maupun ibu yang bekerja.
Untuk ibu rumah
tangga, buku ini seakan menjadi obat penghibur, meyakinkan bahwa setiap
tetes keringat ibu rumah tangga yang diniatkan ikhlas untuk menggapai
ridhoNya, sungguh tak ada yang sia-sia di hadapan Allah. Tips-tips yang
dihadirkan juga dapat membantu ibu rumah tangga dalam mengatasi
persoalan yang biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Baik persoalan
individu maupun yang berkaitan dengan keluarga, tetangga dan
lingkungan. Untuk ibu bekerja, buku ini juga tak lantas menjustifikasi
secara sepihak pandangan penulis terhadap wanita karir, melainkan
berusaha memosisikannya secara seimbang dengan tetap mengacu pada aturan
Islam tentang wanita bekerja.
Sekilas membaca judul,
mungkin, pembaca akan mengira kalau isi buku ini hanya bicara seputar
kebahagiaan, namun esensi dari buku ini sesungguhnya jauh lebih dalam,
yaitu bagaimana penulis melewati berbagai permasalahan hidup, menyikapi
dan mengantisipasinya sesuai tuntunan Islam, dan dari situlah insya
Allah akan diraih kebahagiaan. Dalam hal ini, penulis berusaha mengajak
pembaca memahami bahwa esensi kebahagiaan seorang muslimah sesungguhnya
terletak pada rasa syukur kepada Allah dan keikhlasan menjalani peran
sesuai fitrah.
Dari segi kekurangan, dibandingkan dengan
buku-buku bermuatan sejenis, penuturan dalam buku ini memang sedikit
bertele-tele, terdapat beberapa kisah yang diceritakan secara panjang
lebar, seperti pada saat penulis berganti-ganti ART, namun kembali lagi
pada selera pembaca yang heterogen, terdapat pembaca yang memang
menyenangi pola tutur demikian, atau pun yang lebih menyenangi kumpulan
catatan yang singkat dan padat, atau juga catatan yang inspiratif dan
menyentuh. Kumpulan catatan semacam ini, boleh dikatakan adalah karya
yang paling merefleksikan kejujuran penulisnya saat mengolah rasa dan
pengalaman bathinnya.
Kembali pada pertanyaan di awal
resensi ini, kaitannya dengan salah satu esensi RUU KKG yang berusaha
memosisikan wanita dalam emansipasi gender menurut perspektif barat, di
mana kaum wanita didorong untuk meraih persamaan hak dan kewajiban
dengan kaum lelaki di ranah publik dan wanita tidak harus dibebani
dengan urusan domestik. Esensi ini dikhawatirkan akan berdampak pada
masa depan keluarga muslim khususnya anak-anak. Jumlah wanita yang
keluar rumah untuk bekerja akan terus meningkat, sementara pendidikan
anak di rumah diserahkan ke tangan pengasuh yang dari segi pendidikan
saja masih di bawah rata-rata. Walhasil, waktu dan perhatian pada
keluarga akan semakin berkurang, generasi Islam dikhawatirkan akan
mengalami kemunduran secara perlahan-lahan khususnya kemunduran akhlak
dan pondasi pemahaman Islam dalam diri mereka, atau dengan kata lain,
sangat berpotensi menuju keadaan a lost generation.
Sebagian
dampaknya bahkan telah terjadi di masa sekarang ini. Angka perceraian
meningkat tajam dengan gugatan terbesar datang dari pihak wanita. Angka
kenakalan remaja, jumlah remaja hamil di luar nikah dan remaja yang
mengonsumsi narkoba juga terus meningkat. Bukti nyata bahwa emansipasi
gender yang digaungkan pihak luar tak lain adalah bertujuan untuk
melemahkan pilar kokoh keluarga muslim dan generasi Islam selapis demi
selapis.
Memang, RUU ini saat ini sedang ditinjau ulang,
mengingat banyak isinya yang bertentangan dengan syariat Islam. Terlepas
bagaimana hasil akhirnya nanti, insya Allah keluarga muslim negeri ini
tidak akan mengalami efek negatif berarti sepanjang para muslimahnya
memahami benar esensi dari keikhlasan menjalani fitrah, mengamalkannya
secara qanaah sebagaimana yang diuraikan secara gamblang di dalam buku
ini. Keikhlasan yang akan mendekatkan pada ridho Allah, serta
kebahagiaan dunia dan akhirat. Juga dengan membaca buku ini, insya Allah
hati kaum wanita akan tergugah, bahwa mengejar materi di luar rumah
sungguh tak sebanding dengan keutamaan fungsi memelihara keluarga dan
anak-anak, membentuk keluarga samara dan menghasilkan generasi shaleh
dan shalehah.
Satu hadis yang dijadikan acuan penulis,
saya kutip sebagai penutup resensi ini : Diriwayatkan dari Anas bin
Malik r.a, dari Nabi Saw, beliau bersabda, “Apabila seorang wanita sudah
menjalankan shalat lima waktu, menjaga kemaluannya, dan taat kepada
suaminya, niscaya ia akan masuk surga dari pintu mana pun yang ia
inginkan.”
Meraih syurga untuk seorang muslimah, sesederhana itu.
Tantangan hari ke-1 battle challenge #31hariberbagibacaan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Resensi yg padat berisi. Makasiiih mbaaa
ReplyDeleteSelalu Woow...kalau baca resensinya Mbak Lyta. Sependapat dgn Mbak Leyla, padat dan berisi :)
ReplyDeletepadatnya, mbaa. untuk perempuan masalah sekecil apapun memang mudah bikin stress. penulisnya bisa membidik potensi dan ide sederhana ini menjadi buku yang memang dibutuhkan pembaca. kalo definisi bahagia saja sudah digenggam dengan baik, insya Allah ikhlas akan lebih mudah didapat. makasih resensinya, mba lyta :)
ReplyDeleteMakasih juga yaa udah mampiir :)
ReplyDelete